Jumat, 21 September 2012

Struktur Komunitas Biota Hewan Aquatik Di Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo



1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  Latar Belakang
     Sungai merupakan sumber daya yang sangat penting artinya dalam kehidupan manusia. Ciri khas sungai dibandingkan dengan perairan lainnya adalah adanya arus dari hulu ke muara sungai yang merupakan daerah subur, karena banyak terdapat nutrien yang terbawa aliran sungai tersebut.
     Banyaknya aktifitas di sungai dan sekitarnya, secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap kesuburan perairan tersebut. Dengan demikian akan berpengaruh pula terhadap pertumbuhan dan perkembangan organisme akuatik yang hidup di dalamnya.
Organisme akuatik yang termasuk sebagai penyusun komponen biotik ekosistem sungai adalah fitoplankton, bentos dan perifiton. Keberadaan biota air seperti plankton, perifiton, benthos pada ekosistem perairan  memegang peranan penting baik dalam rantai makanan maupun dalam aliran energi  pada ekositem seperti fitoplankton yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan organisme perairan karena keberadaanya sangat menunjang organisme perairan lainnya. Fitoplankton secara ekologis berfungsi sebagai produsen primer dan awal mata rantai dalam jaring-jaring makanan. Sedangkan zooplankton merupakan biota yang sangat penting peranannya dalam rantai makanan diperairan danau, karena merupakan konsumen primer yang menjembatani transfer energi dari produsen primer (fitoplankton) ke tingkat tropik yang lebih tinggi (Handayani, 2005).
Berubahnya kondisi suatu perairan dapat mengakibatkan perubahan struktur dan kelimpahan biota air. Perubahan ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang berasal dari alam maupun aktifitas manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam perairan seperti industri, pertanian, pertambangan, dan perairan juga sering digunakan sebagai jalur transportasi. Banyaknya aktifitas pada suatu perairan dapat menimbulkan peningkatan konsentrasi unsur hara secara cepat, sehingga dapat menimbulkan peningkatan kelimpahan plankton melampaui batas normal (Khoir, 2010).

2
Berdasarkan latasr belakang diatas, mengingat pentingnya peranan biota perairan dalam kelangsungan hidup dan keseimbangan ekosistem perairan maka dilakukan kegiatan praktikum lapangan tentang Struktur Komunitas Biota Hewan Aquatik di Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo.
1.1.  Permasalahan
Bagaimanakah struktur komunitas biota hewan akuatik di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo?
1.2.  Tujuan
Untuk mengetahui struktur komunitas biota hewan akuatik di kawasan Taman Nasional Tesso Nilo.
1.3.  Manfaat Penulisan
Memberikan pengetahuan bagi penulis dan pembaca untuk mengetahui gambaran dan informasi struktur komunitas biota hewan akuatik di Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.  Ekosistem Sungai
Perairan lotik (mengalir) merupakan perairan darat, dimana airnya bergerak secara teratur dan terus menerus. Laju aliran adalah gambaran ideal dari ekosistem perairan lotik yang secara fundamental diatur oleh laju aliran arus.
Sungai merupakan ekosisitem perairan lotik yang dipengaruhi oleh jatuhnya aliran atau perubahan partikel persatuan panjang. Sungai merupakan perairan yang airnya mengalir secara terus menerus pada arah tertentu, berasal dari air tanah, air hujan dan air permukaan yang akhirnya bermuara ke laut atau perairan terbuka yang lebih luas.Biasanya terjadi pencampuran air secara menyeluruh dan tidak terbentuk stratifikasi vertikal kolom air seperti pada perairan lentik (Efendi, 2003).

2.2.  Pencuplikan Biota Hewan di Lingkungan Akuatik
Biota akuatik merupakan kelompok biota, baik hewan maupun tumbuhan yang sebagian atau seluruh hidupnya berada di perairan.
Berdasarkan kebiasaan hidupnya, biota akuatik dibedakan menjadi:
a)    Plankton, yaitu hewan atau tumbuhan (mikroorganisme) yang hidup melayang-layang dalam air. Plankton terdiri atas fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton contohnya: alga mikroskopis (Chlorophyccae, Cyanophyceae, Diatomae), sedangkan zooplankton contohnya: Protozoa serta hewanhewan lain golongan Porifera, Coelenterata, Crustacea, dan lain-lain.
b)    Nekton, yaitu hewan-hewan yang aktif berenang kian kemari umpama ikan, amfibi dan serangga air.
c) Neuston, yaitu jenis hewan yang beristirahat atau berenang di permukaan air. Contohnya: beberapa jenis insekta yang berenang di dalam atau di permukaan air.

d) Perifiton, yaitu baik tumbuhan maupun hewan yang melekat atau bertengger pada batang, daun, akar tumbuhan ataupada permukaan benda lain. Contohnya: hydra, ganggang dan tiram.
e)    Bentos, yaitu hewan-hewan yang melekat atau beristirahat pada dasar atau hidup pada endapan. Contohnya: siput, kerang, dan cacing. (Anonymous, 2012)
2.2.1. Plankton
Secara sederhana plankton diartikan sebagai hewan dan tumbuhan renik yang terhanyut di laut.  Nama plankton berasal dari akar kata Yunani “planet” yang berarti pengembara. Istilah plankton pertama kali diterapkan untuk organisme di laut oleh Victor Hensen direktur Ekspedisi Jerman pada tahun 1889 (Charton dan Tietjin, 1989).
Plankton terdiri dari dua kelompok besar organisme akuatik yang berbeda yaitu organisme fotosintetik atau fitoplankton dan organisme non fotosintetik atau zooplankton.
2.2.1.1.     Fitoplankton
Fitoplankton adalah organisme yang hidup melayang-layang di dalam air, relatif tidak memiliki daya gerak, sehingga eksistensinya sangat dipengaruhi oleh gerakan air seperti arus, dan lain-lain (Odum 1971).  Menurut Reynolds (1984), fitoplankton yang hidup di air tawar terdiri dari tujuh kelompok besar filum, yaitu: Cyanophyta (alga biru), Cryptophyta, Chlorophyta (alga hijau), Chrysophyta, Pyrrhophyta (dinoflagellates), Raphydophyta, dan Euglenophyta.
Setiap jenis fitoplankton yang berbeda dalam kelompok filum tersebut mempunyai respon yang berbeda-beda terhadap kondisi perairan, sehingga 9 komposisi jenis fitoplankton bervariasi dari satu tempat ke tempat lain (Welch, 1952).
Menurut Welch (1952), plankton air tawar dibedakan menjadi limnoplankton dan rheoplankton.  Limnoplankton adalah plankton yang hidup di perairan tergenang, sedangkan rheoplankton adalah plankton yang hidup di perairan mengalir. Beberapa faktor yang mempengaruhi distribusi kelimpahan fitoplankton dalam suatu perairan adalah arus, kandungan unsur hara, predator, suhu, kecerahan, kekeruhan, pH, gas-gas terlarut,  maupun kompetitor. 
2.2.1.1.    

5
Zooplankton
Zooplankton merupakan plankton hewani yang terhanyut secara pasif karena terbatasnya kempuan bergerak. Berbeda dengan fitoplankton , zooplankton hampir meliputi seluruh filum hewan mulai dari protozoa (hewan bersel tunggal) sampai filum Chordata (hewan bertulang belakang).
Ada tiga katagori ukuran zoopalnkton yang dikenal dengan mikrozooplankton, mesozooplankton, dan makrozooplankton. Mikrozooplankton meliputi zooplankton yang dapat melewati plankton net dengan mata 202 μm dan mesozooplankton adalah yang tersangkut sedangkan makrozooplankton dapat ditangkap dengan plankto net dengan lebar mata 505μm (Sunarto, 2008).
2.2.1. Periphyton
Periphyton adalah komunitas organisme yang hidup di atas atau sekitar substrat yang tenggelam.  Substrat tersebut dapat berupa batu-batuan, kayu, tumbuhan air yang tenggelam, dan kadangkala pada hewan air (Odum 1971).
Menurut Weitzel (1979), perifiton terdiri dari mikroflora yang tumbuh pada semua substrat tenggelam.  Pada umumnya perifiton di perairan mengalir terdiri dari diatom, (Bacillariophyceae), alga biru berfilamen (Myxophyceae), alga hijau berfilamen (Chlorophyceae), bakteri atau jamur berfilamen, protozoa, dan rotifera (tidak banyak pada perairan tidak tercemar), serta beberapa jenis serangga (Welch 1952).  Berdasarkan tipe substrat  tempat menempelnya, perifiton dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a)   

6
Epilithic, perifiton yang menempel pada batu.
b)   Epipelic, perifiton yang menempel pada permukaan sedimen.
c)    Epiphytic, perifiton yang menempel atau hidup pada permukaan daun atau batang tumbuhan.
d)   Epizoic, perifiton yang menempel pada permukaan tubuh hewan.
e)    Epidendritic, perifiton yang menempel pada kayu.
f)    Epipsamic, perifiton yang menempel pada permukaan pasir
2.2.2. Benthos
Bentos adalah organisme yang hidup di dasar perairan (substrat) baik yang sesil, merayap maupun menggali lubang. Bentos hidup di pasir, lumpur, batuan, patahan karang atau karang yang sudah mati. Substrat perairan dan kedalaman mempengaruhi pola penyebaran dan morfologi fungsional serta tingkah laku hewan bentik.Hal tersebut berkaitan dengan karakteristik serta jenis makanan bentos.
Organisme yang termasuk makrozoobentos diantaranya adalah: Crustacea, Isopoda, Decapoda, Oligochaeta, Mollusca, Nematoda dan Annelida. Klasifikasi benthos menurut ukurannya : Makrobenthos merupakan benthos yang memiliki ukuran lebih besar dari 1 mm (0.04 inch), contohnya cacing, pelecypod, anthozoa, echinodermata, sponge, ascidian, and crustacea. Meiobenthos merupakan benthos yang memiliki ukuran antara 0.1 - 1 mm, contohnya polychaete, pelecypoda, copepoda, ostracoda, cumaceans, nematoda, turbellaria, dan foraminifera. Mikrobenthos merupakan benthos yang memiliki ukuran lebih kecil dari 0.1 mm, contohnya bacteri, diatom, ciliata, amoeba, dan flagellata (Anonymous, 2012).



 



BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.  Waktu dan Tempat
Kegiatan survey lapangan ini dilakukan pada 01 Juni 2012 di Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo dan sampel yang ditemukan diidentifikasi di Laboratorium Pendidikan Biologi Universitas Riau.

Deskripsi Area

            Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo secara administratif terletak di dua kabupaten yakni Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau. Sedangkan secara geografis antara 00 05’ 41,5 ” – 0021’3,3” LS dan 1010 35’29,7”- 1020 4’44,2 ” BT. Topografi kawasan Tesso Nilo berupa datar sampai berbukit ( RePPro T 1988). Di beberapa empat ditemukan areal dengan kemiringan < 2 %. Ketinggian lokasi dari permukaan laut berkisar antara 50 – 175 m dpl. Kemiringan lereng bisa dikelompokkan menjadi empat kelas yaitu antara 15 – 25% : 25 – 40% : 45 – 90 % : dan .>90%. Kawasan yang masih di tumbuhi hutan alam dengan diameter pohon diatas 30 cm berada di areal dengan kemiringan lerang <45%. Kawasan hutan Tesso Nilo secara umum di golongkan sangat lembab dengan curah hujan tahunan yang berkisar antara 2.000 – 3.000 mm. Secara keseluruhan curah hujannya sangat tinggi.

Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo dan sekitarnya  merupakan daerah tangkapan air bagi beberapa sungai antara lain: Sungai Tesso( di bagian barat ), Sungai Segati ( di bagian utara ), dan Sungai Nilo ( di bagian timur). Ketiganya merupakan sub DAS dari DAS kampar, tepatnya diantara DAS Tesso dan DAS Nilo di Provinsi Riau. Sungai Nilo yang berhulu dari sungai sawan berada dipinggir desa lubuk kembang bunga , tepatnya disebelah barat dan berbatasan dengan areal tanaman akasia milik PT. Riau Andalan Pulp dan Paper. Di tengah- tengah kawasan hutan Tesso Nilo terdapat anak sungai yaitu Sungai Perbekalan. Kondisi air  sungai berwarna hijau kebiruan, dengan kedalaman ± 2 meter. Substrat pada dasar  sungai ini secara keseluruhan adalah pasir berlumpur yang banyak akar tanaman dari tumbuhan disekitar sungai itu sendiri. Hal ini disebabkan karena adanya arus yang cukup deras pada pinggiran sungai yang membuat tanah di sekitar sungai ikut terbawa arus air. Selain itu  kawasan ini masih cukup alami sehingga memang tidak terlalu banyak bahan organik yang mengendap di DAS.


8
Debet air yang ada di sungai  perbekalan pada  saat itu mengalami penurunan. Namun menurut (Polhut) setempat  apabila  musim penghujan tiba debet air bisa naik hingga meluap kepinggiran sungai.Di pinggir sungai banyak sekali ditumbuhi oleh berbagai macam jenis tumbuhan , dari  yang perdu hingga pohon. Kondisi inilah yang membuat air  sungai yang ada di hutan ini tetap terjaga kealamiannya. Pencahayaan matahari hampir  80 % tidak sampai kepermukaan perairan hal ini dikarenakan pepohon disekitar sungai yang memiliki tajuk yang cukup rindang.

Sedangkan Sungai Nilo memiliki sedikit perbedaan karakteristik dengan sungai perbekalan. Sungai ini memiliki kedalam  ± 1,2 meter dan lebar 40 m. Lebih dekat dengan perkampungan dan aktivitas masyarakat. Warna air hijau sedikit kebiruan. Substrat pada DAS  lebih berlumpur  di bandingkan dengan sungai perbekan. Sepanjang bibir sungai juga banyak di tumbuhi oleh tumbuhan yang memiliki perawakan pohon yang besar dan perkebunan masyarakat. Pencahayaan yang sampai kepermukaan air sungai hampir 90 %.


3.2.  Metode Penelitian
3.2.1. Pengumpulan Data
A.  Alat dan Bahan
1.    Struktur Komunitas Biota Air
a.    Plankton
1)   Ember plastik berukuran 10 liter
2)   Planktonet no. 25 yang digunakan pada saat penyaringan plankton
3)   Botol film untuk tempat meletakkan sampel plankton
4)   Mikroskop
5)   Cover glass
6)  Object glass
7)  
Pipet tetes
8)   Tissue
9)   Larutan fornalin 4 % untuk pengawetan sampel plankton.
b.   Periphython
1)   Botol film untuk tempat meletakkan sampel plankton
2)   Mikroskop
3)   Cover glass
4)   Object glass
5)   Pipet tetes
6)   Tissue
7)   Larutan fornalin 4 % untuk pengawetan sampel periphython.
c.   Benthos
1)   Plastik 2 kg untuk tempat meletakkan sampel periphython
2)   Mikroskop
3)   Cover glass
4)   Object glass
5)   Pipet tetes
6)   Tissue
7)   Larutan fornalin 4 % untuk pengawetan sampel benthos.
B.  Prosedur Penelitian
Adapun jenis metode yang dipakai dalam praktikum ini adalah metode survey, yang mana data yang didapat diperoleh langsung dari lapangan.
C.  Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel
Penentuan lokasi pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive random sampling, yaitu penetapan stasiun didasarkan atas perkiraan aktifitas yang terdapat di sepanjang Sungai Perbekalan dan Sungai Nilo. Lokasi pengambilan sampel ditetapkan menjadi 3 stasiun pada Sungai Perbekalan dan 1 stasiun di Sungai Nilo.
3.2.2.Parameter

Adapun yang menjadi parameter pada pencuplikan hewan biota di lingkungan akuatik adalah:
1)        Keanekaragaman
2)        Kemerataan
3)        Kekayaan jenis
4)        Dominansi
3.3.  Analisis Data
2.3.1.      Indeks Keanekaragaman Jenis
Indeks Keanekaragaman merupakan karakteristik dari suatu komunitas yang menggambarkan tingkat keanekaragaman spesies dari organisme yang terdapat dalam komunitas tersebut (Odum, 1996). Rumus yang digunakan adalah :
Dimana,
H’ = Indeks keanekaragaman jenis (Shannon-Wienner)
ni       = Jumlah individu jenis ke-i
N       = Total individu
Kategori penilaian untuk keanekaragaman jenis adalah sebagai berikut:
a.       H’≤ 1 = Keanekaragaman rendah, penyebaran rendah, kestabilan komunitas rendah,
b.      1 < H’ < 3 = Keanekaragaman sedang, penyebaran sedang, kestabilan komunitas sedang,
c.      H’ ≥3 = Keanekaragaman tinggi, penyebaran tinggi, kestabilan komunitas tinggi. (Ludwig  & Reynolds 1988)
2.3.2.      Indeks Kemerataan
Indeks Kemerataan (E) menggambarkan ukuran jumlah individu antar spesies dalam suatu komunitas.  Semakin merata penyebaran individu antar spesies maka keseimbangan ekosistem akan makin meningkat (Ludwig  & Reynolds 1988). Rumus yang digunakan adalah: 
Dimana,
H` = indeks keanekaragaman
H maks = ln S (jumlah spesies)

Nilai indeks berkisar antara 0-1 dengan kategori sebagai berikut :
a.       0 < E ≤ 0,4  : Kemerataan kecil, komunitas tertekan
b.      0,4 < E ≤ 0,6 : Kemerataan sedang, komunitas labil
c.      0,6 < E ≤ 1,0 : Kemerataan tinggi, komunitas stabil
2.3.3.     Kekayaan jenis
Untuk melihat kekayaan jenis plankton digunakan dengan rumus:
Dimana,
S = Jumlah total spesies
N = Jumlah total individu
Jika nilai R < 3.5 maka kekayaan jenis yang tergolong rendah,
Jika nilai R = 3.5 – 5.0 maka kekayaan jenis tergolong sedang,
Jika nilai R > 5.0 maka kekayaan jenis tergolong tinggi.
2.3.4.      Indeks Dominansi Jenis
Untuk melihat ada tidaknya jenis yang mendominasi pada suatu ekosistem dapat dilihat dari nilai indeks dominansi dengan rumus sebagai berikut : 
Dimana,
D = Indeks Dominansi

ni = Jumlah individu jenis ke-i
N = Total individu
Nilai indeks berkisar antara 0-1 dengan kategori sebagai berikut :
a.    0 < C < 0,5 = Dominansi rendah
b.    0,5 < C ≤ 0,75 = Dominansi sedang
c.    0,75 < C ≤ 1,0 = Dominansi tinggi (Ludwig  & Reynolds 1988)


 



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.  Hasil Pengamatan
Tabel 1. Keanekaragaman Jenis Peryphyton di Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo
No
Nama Spesies
SUNGAI PERBEKALAN
SUNGAI NILO
I
II
III
1
Amphidinium klebsii
0
1
2
0
2
Ankistrodesmus
3
6
2
0
3
Aphanizonenon sp
0
0
1
0
4
Botrydiopsis arhiza
2
0
0
0
5
Calotrix sp
6
8
2
0
6
Ceratium extensium
1
0
0
0
7
Cladhopora
0
4
2
5
8
Clodophora sp
3
4
5
0
9
Closteriopsis longissima
8
8
3
5
10
Closterium sp
1
2
2
0
11
Cudorina waluichi
9
1
4
0
12
Dactylocco
6
1
2
6
13
Dinabryon sp
9
7
2
1
14
Draparnaldia sp
1
0
0
0
15
Gleotricha echinolata
1
3
1
0
16
Lemanea sp
0
0
0
1
17
Microcystus flasaqua
2
5
6
4
18
Microspora sp
1
0
0
0
19
Nitzchina sp
20
9
6
2
20
Nostoc sp
1
0
0
0
21
Oedogonium
0
0
1
0
22
Oscilatoria
6
5
4
2
23
Pinnularia
0
1
0
0
24
Pormidium sp
2
0
0
1
25
Sirogonum sticticum
2
3
0
0
26
Spirulina sp
1
0
1
0
27
Stentor sp
0
0
2
0
28
Stigeoclonium lubricum
1
7
0
0
29
Synedra acus
10
4
5
8
30
Tolypothrix sp
1
4
0
1
31
Tribonema sp
0
1
2
0
32
Uronema elongatum
0
0
4
0
JUMLAH
97
84
59
36

Tabel 2. Pengukuran Faktor Biologi Periphyton
NO
PARAMETER
SUNGAI PERBEKALAN
SUNGAI NILO
I
II
III
1
Indeks Keanekaragaman (H’)
2,23
2,8
2,86
2,14
2
Kemerataan (E)
0,71
0,93
0,94
0,89
3
Kekayaan jenis (R)
4,42
4,29
4,9
2,79
4
Dominansi (D)
0,09
0,07
0,05
0,14
Tabel 3. Keanekaragaman Jenis Plankton di Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo
NO.
SPESIES
SUNGAI PERBEKALAN
SUNGAI NILO
I
II
III
1.
Actinastrium hantzschi
0
0
0
4
2.
Ankistodesmus sp
19
3
0
3
3.
Asteriolla sps
0
1
0
0
4.
Campsopogan coeruleus
12
0
8
1
5.
Cladophora sp
0
2
1
1
6.
Clorella sp
6
2
2
5
7.
Closteriopsis longissima
12
2
2
3
8.
Closterium sp
11
9
2
10
9.
Cudora sp
4
0
1
0
10.
Cyclops sp
2
0
0
0
11.
Denticula sp
0
0
0
1
12.
Dichlomococus lunatus
0
5
0
2
13.
Dinobryon sp
1
0
0
0
14.
Draparnaldia sp
1
0
0
0
15.
Enteromorpha prolifera
6
5
0
0
16.
Eudorina elegans
5
0
0
0
17.
Gleottica echainulata
4
0
0
0
18.
Gomphosphaeria
11
0
12
0
19.
Goniochloris sculpla
2
0
0
0
20.
Gyrosygma sp
0
0
0
3
21.
Kircheneriella lunaris
0
1
0
0
22.
Lemanea annulata
0
0
0
1
23.
Lemnaea annulata
0
12
4
0
24.
Leptothrix ochracea
0
0
3
0
25.
Lyngbya sp
0
0
1
0
26.
Mycructus ainginosa
2
0
0
0
27.
Mycructus flusafia
16
0
2
0
28.
Naviculla sp
3
3
6
2
29.
Nitzchia sp
4
10
7
6
30.
Oedogonium crenulatocostratum
2
0
0

0
31.
Oscillatoria sp
6
4
0
8
32.
Plurrosygma sp
0
1
0
0
33.
Pormidium sp
0
2
4
0
34.
Scenedesmus sp
1
0
0
0
35.
Sirogonium sticticum
0
4
7
4
36.
Spirogryra sp
14
0
0
0
37
Stigeoclonium lubricum
8
0
5
0
38.
Synedra sp
17
0
6
5
Jumlah
163
66
73
59
Tabel 4. Pengukuran Faktor Biologi Plankton
NO
PARAMETER
SUNGAI PERBEKALAN
SUNGAI NILO
I
II
III
1
Indeks Keanekaragaman (H’)
2,88
2,49
2,63
2,55
2
Kemerataan (E)
0,91
0,9
0,15
0,92
3
Kekayaan Jenis (R)
4,48
3,58
3,73
3,68
4
Dominansi (D)
0,02
0,1
0,09
0,08
Tabel 5. Keanekaragaman Jenis Benthos di Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo
NO
SPESIES
SUNGAI PERBEKALAN
SUNGAI NILO
I
II
III
1
Spesies A
0
0
0
2
2
Spesies B
0
0
0
1
3
Spesies C
0
1
0
0
Jumlah
0
1
0
3
 Tabel 6. Pengukuran Faktor Biologi Benthos
NO
PARAMETER
SUNGAI PERBEKALAN
SUNGAI NILO
I
II
III
1
Indeks Keanekaragaman (H’)
0
0
0
0,64
2
Kemerataan (E)
0
0
0
0,92
3
Kekayaan Jenis (R )
0
0
0
0,91
4
Dominansi (D)
0
1
0
0,56


 


4.2. 

16
Pembahasan
4.2.1. Pencuplikan Biota Hewan di Perairan Sungai di Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo
4.2.3.1.     Periphyton
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat dilihat bahwa adanya perbedaan adelam setiap karakteristik komunitasnya, baik dilihat dari segi keanekaraman jenis periphyton, kemerataan, kekayaan jenis, maupun dominasinya.
Keanekaragaman periphyton tertinggi terdapat pada stasiun 3 Sungai Perbekalan sebesar 2,86 sedangkan terendah terdapat pada stasiun Sungai Nilo sebesar 2,14. Hal ini sesuai dengan pendapat Whitton (1975) yang menyatakan bahwa perairan dengan indeks keanekaragaman antara 1-3 berarti perairan berada dalam keadaan normal, yang berarti penyebaranya merata, sehingga dapat mendukung kehidupan berbagai organisme yang ada di dalamnya.
Sedangkan untuk kemerataannya, keempat stasiun ini termasuk dalam golongan yang stabil, karena kemerataannya tinggi, yaitu di atas 0,6 dan menunjukkan komunitasnya stabil.
Untuk kekayaan jenis, stasiun 2  Sungai Perbekalan merupakan stasiun dengan tingkat kekayaan jenisnya sedang, yaitu mencapai 4,9. Sedangan untuk stasiun Sungai Nilo tergolong stasiun dengan tingkat kekayaan jenis paling rendah, karena nilai indeks kekayaan jenisnya kurang dari 3,5.
Nilai dominansi tertinggi terdapat pada stasiun Sungai Nilo sebesar 0,14, dari hasil nilai perhitungan indeks dominansi terlihat tidak ada dominansi jenis perifiton selama pengamatan. Hal ini berarti kondisi perairan seimbang dan tidak terjadi persaingan. Sesuai dengan Krebs (1978) yang menyatakan bahwa nilai indeks dominansi yang mendekati satu menunjukkan perairan dalam keadaan normal.

 


4.2.3.2.    

17
Plankton
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat dilihat bahwa adanya perbedaan adelam setiap karakteristik komunitasnya, baik dilihat dari segi keanekaraman jenis plankton, kemerataan, kekayaan jenis, maupun dominasinya.
Keanekaragaman plankton tertinggi terdapat pada stasiun 1 Sungai Perbekalan sebesar 2,88. Hal ini sesuai dengan pendapat Whitton (1975) yang menyatakan bahwa perairan dengan indeks keanekaragaman antara 1-3 berarti perairan berada dalam keadaan normal, yang berarti penyebaranya merata, sehingga dapat mendukung kehidupan berbagai organisme yang ada di dalamnya.
Sedangkan untuk kemerataannya, keempat stasiun ini termasuk dalam golongan yang stabil, karena kemerataannya tinggi, yaitu di atas 0,6 dan menunjukkan komunitasnya stabil.
Untuk kekayaan jenis, stasiun 2  Sungai Perbekalan merupakan stasiun dengan tingkat kekayaan jenisnya sedang, yaitu mencapai 4,48.
Nilai dominansi tertinggi terdapat pada stasiun 2 Sungai Perbekalan, yaitu sebesar 0,1, dari hasil nilai perhitungan indeks dominansi terlihat tidak ada dominansi jenis plankton selama pengamatan. Hal ini berarti kondisi perairan seimbang dan tidak terjadi persaingan. Sesuai dengan Krebs (1978) yang menyatakan bahwa nilai indeks dominansi yang mendekati satu menunjukkan perairan dalam keadaan normal.

 


4.2.3.3.    
Benthos
Berdasarkan hasil pengamatan, dapat dilihat bahwa adanya perbedaan adelam setiap karakteristik komunitasnya, baik dilihat dari segi keanekaraman jenis Benthos, kemerataan, kekayaan jenis, maupun dominasinya.
Keanekaragaman benthos semua stasiun tergolong rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Whitton (1975) yang menyatakan bahwa perairan dengan indeks keanekaragaman kurang dari 1, berarti perairan berada dalam keadaan rendah, yang berarti penyebaranya tidak merata, sehingga komunitas menjadi tertekan.
Sedangkan untuk kemerataannya, stasiun sungai nilo termasuk dalam golongan yang stabil, karena kemerataannya tinggi, yaitu di atas 0,6 dan menunjukkan komunitasnya stabil.
Untuk kekayaan jenis, semua stasiun tergolong rendah. Hal ini dibuktikan dengan hasil indeks kekayaan jenis yang kurang dari 3,5.
Nilai dominansi tertinggi terdapat pada stasiun 2 Sungai Perbekalan yaitu sebesar 1, dari hasil nilai perhitungan indeks dominansi terlihat tidak ada dominansi jenis benthos selama pengamatan. Hal ini berarti kondisi perairan seimbang dan tidak terjadi persaingan. Sesuai dengan Krebs (1978) yang menyatakan bahwa nilai indeks dominansi yang mendekati satu menunjukkan perairan dalam keadaan normal.

 



BAB V
KESIMPULAN
1)        Berdasarian cara hidupnya, biota hewan akuatik dibedakan menjadi Plankton, Periphyton, Benthos, Nekton, dan Neuston.
2)        Plankton merupakan organisme yang melayang-layang di dalam air dan gerakannya kurang lebih tergantung pada arus. Beberapa organisme zooplankton ada yang menunjukan gerakan berenang yang aktif yang membantu mempertahankan posisi vertikal.
3)        Benthos merupakan organisme yang melekat atau sedang beristirahat pada dasar perairan atau yang hidup di dalam sedimen di dasar perairan.
4)        Periphyton merupakan organisme baik hewan atau tumbuhan yang melekat di dalam air atau permukaan lain yang ada di atas dasar perairan.
5)        Nekton merupakan organisme yang mampu berenang serta dapat menentukan arah sesuai dengan kehendak, dengan demikian dapat menghindari diri dari penangkapan atau memburu mangsa.
6)        Neuston merupakan organisme yang berenang atau sedang beristirahat di permukaan air.
7)        Indeks keanekaragaman plankton tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu sebesar 2,88. Untuk Nilai Dominansi dan Kekayaan jenis tertinggi terdapat pada stasiun 2 Sungai Perbekalan.
8)        Keanekaragaman perifiton tertinggi terdapat pada stasiun 3 Sungai Perbekalan sebesar 2,86 sedangkan terendah terdapat pada stasiun Sungai Nilo sebesar 2,14. Nilai dominansi tertinggi terdapat pada stasiun Sungai Nilo.
9)        Nilai Indeks keanekaragaman dan kekayaan jenis benthos untuk semua stasiun tergolong rendah. Sedangkan untuk Nilai Kemerataan dan Dominansi tertinggi terdapat pada stasiun Sungai Nilo.

 


DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2012. http://ostracion.blogspot.com/2010/04/bentos.html. diakses tanggal 20 Juni 2012
Charton, B dan J. Tietjen. 1989. Seas and Oceans. Collin. Glassglow and London.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Periaran. Kanisius. Yogyakarta
Handayani, T. Suharto, B dan Marsoedi. 2005. Komunitas Zooplankton di Perairan Waduk Krenceng, Cilegon, Banten. Universitas Nasional. Jakarta 12520, Indonesia
Khoir, N. 2010. Pentingnya Mempelajari Plankton http://www.scribd.com/doc /9739/pentingnya. diakses tanggal 19 Juni 2012
Krebs, C. J. 1985. Ecology Experimental Analysis of Distribution Abudance.  Philadelphia: Harper & Row Publisher.
Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology. Third Edition. W. B. Sounder Co. Philadelphia
Reynolds, C. S. 1984. The Ecology of Freshwater Phytoplankton. Cambridge University Press. Cambridge
Sunarto. 2008. Karakteristik Biologi dan Peranan Plankton Bagi Ekosistem Laut. Universitas Padjajaran. Bandung
Weitzel, R. L. 1979. Methods and Measuremants of Perifiton Communities: A Review American Society for Testing and Materials. Philadelphia
Welch, P. S. 1952. Limnology. Second edition. McGraw Hill International BookCompany. New York
Whitton, B. A. 1975. River Ecology. Blackwell Scientific Publications. Oxford. London



my signature