Sabtu, 13 April 2013

Hukum Mendel


HUKUM MENDEL
BAB I 
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hereditas berarti penurunan sifat-sifat genetik dari orang tua ke anak. Ilmu yang mempelaari tentang hereditas disebut genetika.
Rangkaian gen merupakan struktur kimia yang berbentuk double helix (ulir rangkap) dengan deoksiribosa dan fosfat sebagai ibu tangga, serta basa nitrogen sebagai anak tangga. Setiap keturunan akan mempunyai fenotif dan genotif     yang hampir sama atau hasil campuran kedua sifat dari induknya. (Prawirohartono, 2003).
Gregor Mendel (1822), seorang pendeta berkebangsaan Austria yang sekarang dikenal dengan sebutan Bapak Genetika. Bukti-bukti perihal keturunan yang ditemukan Mendel yaitu mengetahui bahwa pada semua organisme hidup terdapat "unit dasar" yang kini disebut gen yang secara khusus diturunkan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Gen terdapat di dalam lokus tertentu pada kromosom, sedangkan kromosom terdapat di dalam nukleus (Inti sel). Kromosom berpasangan disebut kromosom homolog, dan pasangan gen yang homolog tersebut dikenal dengan alel (Darsyah, 1990).
Menurut Kimball (1994), bahwa hukum segregasi secara bebas (Hukum Pertama Mendel) secara garis besar mencakup tiga pokok yaitu :
1.  Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter. Ini adalah konsep mengenai alel.
2.  Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan dan satu dari tetua betina.
3.  Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda, alel dominan akan terekspresikan.  Alel resesif yang tidak terekspresikan tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk.

Hukum Mendel kedua menyatakan bahwa, setiap ahli dari sepasang alel boleh bergabung secara acak dengan satu alel mana saja dari pasangan gen yang lain ketika berlangsung pembelahan reduksi (meoisis) pada waktu pembentukan gamet-gamet.  Jadi, segregasi pasangan gen tersebut tidak saling ketergantungan dengan pemisahan gen lainnya (Kimball, 1994).

Tidak semua sifat orang tua diwariskan kepada anaknya. Misalnya bila ayah atau ibu berambut keriting, belum tentu anak-anaknya semua berambut keriting, tetapi ada pula yang berambut lurus. Namun bila kedua orang tuanya berambut lurus, maka sudah dapat di pastikan bahwa anak-anaknya memilki rambut lurus semuanya. Kadang-kadang ada anak yang mewarisi sifat dari kakeknya atau neneknya, sedangkan orang tidak memperlihatkan sifat-sifat tersebut.

Begitu juga dengan apa yang sedang kami praktikumkan, pada praktikum kali ini kami menemukan berbagai masalah tentang pembuktian hukum Mendel, diantaranya tidak sesuainya dengan rasio yang di kemukakan oleh hukum mendel. Oleh karena itulah kami berusaha melakukan pembuktian melalui praktikum ini. Dan kami mencoba membahasnya secara terperinci melalui makalah ini.

Tujuan Praktikum
a. Untuk membuktikan hukum Mendel I
b. Untuk membuktikan hukum Mendel II
c. Dengan menggunakan system Bracket dalam menyelesaikan soal penyilangan

Alat dan Bahan
Kancing baju
Kantong atau kotak

Cara Kerja
1. Perbandingan Monohibrid 
a. Dominansi penuh

  • Setiap kelompok menerima dua buah kantong masing-masing kantong berisi 16 kancing yang terdiri dari 8 kancing berwarna putih dan 8 kancing berwarna merah. Kantong itu di umpamakan alat kelamin, sedangkan kancing itu di umpamakan gamet. Kancing merah ialah gamet yang memiliki gen dominan R, sedangkan kancing putih memiliki gen resesif r.
  • Ambillah satu kancing dari kantong kiri dengan menggunakan tangan kiri dengan waktu yang bersamaan ambil satu kancing dengan tangan kanan dari kantong kanan, tanpa melihat kedalam kantong tersebut.
  • Pertemukan dari kedua kantong kedua belah tangan saudara merupakan zigot. Ada 3 kemungkinan yaitu :
  1. 2 kancing merah yang berarti zigotnya homozigot dominan RR, dan fenotipnya merah
  2. 1 kancing merah dan 1 kancing putih berarti zigotnya heterozigot Rr, dan fenotipnya merah
  3. 2 kancing putih yang berarti zigotnya homozigot resesif rr, dan fenotipnya putih


  • Dengan mengocok kembali kantong itu, ulangi percobaan tersebut sampai 20 kali
  • Catatlah hasilnya pada tabel I ( dilakukan oleh setiap praktikan )


b. Dominansi tidak penuh
Lakukan lagi percobaan diatas, tetapi disini muncul sifat intermediet. Jika diperoleh satu kancing merah dan satu kancing putih, maka zigotnya heterezigot Rr dan fenotipnya intermediet ( merah muda ).
Catatlah hasilnya pada tabel 3 ( dilakukan oleh setiap praktikan ).

2. Perbandingan Dihibrid
a. Dominansi penuh
        Setiap kelompok menerima dua buah kantong masing-masing kantong berisi 16 kancing yang terdiri :

  • 4 merah – hitam ( RB ) = Bunga merah, Buah bulat
  • 4 merah – putih ( Rb ) = Bunga merah, Buah oval
  • 4 kuning – hitam ( rB ) = Bunga putih, Buah oval
  • 4 kuning – putih ( rb ) = Bunga putih, Buah oval

        Ambillah satu kancing dari kantong kiri dengan menggunakan tangan kiri dengan waktu yang bersamaan ambil satu kancing dengan tangan kanan dari kantong kanan, tanpa melihat kedalam kantong tersebut.



Pertemukan dari kedua kantong kedua belah tangan saudara merupakan zigot. Ada 9 kemungkinan yaitu :
RRBB
RRBb          Fenotip : Bunga merah, Buah bulat
RrBB          
RrBb
RRbb           Fenotip : Bunga merah, Buah oval
Rrbb
rrBB            Fenotip : Bunga putih, Buah bulat
rrBb
rrbb                  Fenotip : Bunga putih, Buah oval
Dengan mengocok kembali kantong itu, ulangi percobaan tersebut sampai 20 kali
Catatlah hasilnya pada tabel 5 ( dilakukan oleh setiap praktikan )


b. Dominansi tidak penuh
Lakukan lagi percobaan di atas dengan memperhatikan dominansi tidak penuh. Kemungkinan akan diperoleh kombinasi kancing sebagai berikut:

No
Kombinasi kancing
Genotip
Fenotip
1.
Merah / Hitam
Merah / Hitam

RRBB
Bunga merah,
Buah bulat
2.
Merah / Hitam
Merah / Putih

RRBb
Bunga merah,
Buah agak bulat
3.
Merah / Putih
Merah /Putih

RRbb
Bunga merah,
Buah oval
4.
Merah / Hitam
Kuning / Hitam

RrBB
Bunga merah muda,
Buah bulat
5.
Merah / Hitam
Kuning / putih

RrBb
Bunga merah muda,
Buah  agak bulat
6.
Merah / Putih
Kuning / Putih

Rrbb
Bunga merah muda,
Buah oval
7.
Kuning / Hitam
Kuning / Hitam

rrBB
Bunga putih,
Buah bulat
8.
Kuning / Hitam
Kuning / Putih

rrBb
Bunga putih,
Buah agak bulat
9.
Kuning / Putih
Kuning / Putih

rrbb
Bunga putih,
Buah oval

Catatlah hasilnya pada tabel 7 ( dilakukan oleh setiap praktikan )


BAB II
LANDASAN TEORITIS

Gregor Mendel (1822), seorang pendeta berkebangsaan Austria yang sekarang dikenal dengan sebutan Bapak Genetika. Bukti-bukti perihal keturunan yang ditemukan Mendel yaitu mengetahui bahwa pada semua organisme hidup terdapat "unit dasar" yang kini disebut gen yang secara khusus diturunkan oleh orang tua kepada anak-anaknya.
Hukum pewarisan Mendel adalah hukum mengenai pewarisan sifat pada organisme yang dijabarkan oleh Gregor Johann Mendel dalam karyanya 'Percobaan mengenai Persilangan Tanaman'.

Eksperimen Mendel dimulai saat dia berada di biara Brunn didorong oleh keingintahuannya tentang suatu ciri tumbuhan diturunkan dari induk keturunannya. Jika misteri ini dapat dipecahkan, petani dapat menanam hibrida dengan hasil yang lebih besar. Prosedur Mendel merupakan langkah yang cemerlang dibanding prosedur yang dilakukan waktu itu. Mendel sangat memperhitungkan aspek keturunan dan keturunan tersebut diteliti sebagai satu kelompok, bukan sejumlah keturunan yang istimewa. Dia juga memisahkan berbagai macam ciri dan meneliti satu jenis ciri saja pada waktu tertentu; tidak memusatkan perhatian pada tumbuhan sebagai keseluruhan. 
Dalam eksperimennya, Mendel memilih tumbuhan biasa, kacang polong, dengan alasan:
-    memiliki pasangan sifat yang menyolok 
-    bisa melakukan penyerbukan sendiri 
-    segera menghasilkan keturunan atau umurnya pendek 
-    mampu menghasilkan banyak keturunan, dan 
-    mudah disilangkan 

sedangkan para peneliti lain umumnya lebih suka meneliti tumbuhan langka. Dia mengidentifikasi tujuh ciri berbeda yang kemudian dia teliti: 
bentuk benih (bundar atau keriput), 
warna benih (kuning atau hijau), 
warna selaput luar (berwarna atau putih), 
bentuk kulit biji yang matang (licin atau bertulang), 
warna kulit biji yang belum matang (hijau atau kuning),
letak bunga (tersebar atau hanya di ujung), dan 
panjang batang tumbuhan (tinggi atau pendek). 

Mendel menyilang tumbuhan tinggi dengan tumbuhan pendek dengan menaruh tepung sari dari yang tinggi pada bunga pohon yang pendek, demikian sebaliknya. (Sebelumnya, dia memeriksa kemurnian jenis pohon induk tersebut dengan memastikan bahwa nenek moyang tumbuhan itu selalu menunjukkan ciri-ciri yang sama.) Mendel mengharapkan bahwa semua keturunan generasi pertama hasil persilangan itu akan berupa pohon berukuran sedang atau separuh tinggi dan separuh pendek. Namun ternyata, semua keturunan generasi pertama berukuran tinggi. Rupanya sifat pendek telah hilang sama sekali. Lalu Mendel membiarkan keturunan generasi pertama itu berkembang biak sendiri menghasilkan keturunan generasi kedua. Kali ini, tiga perempat berupa tumbuhan tinggi dan seperempat tumbuhan pendek. Ciri-ciri yang tadinya hilang muncul kembali. 

Dia menerapkan prosedur yang sama pada enam ciri lain. Dalam setiap kasus, satu dari ciri-ciri yang berlawanan hilang dalam keturunan generasi pertama dan muncul kembali dalam seperempat keturunan generasi kedua. (Hasil ini juga diperoleh dari penelitian terhadap ratusan tumbuhan.) 

HUKUM MENDEL PERTAMA 
Mendel menarik beberapa kesimpulan dari hasil penelitiannya. Dia menyatakan bahwa setiap ciri dikendalikan oleh dua macam informasi, satu dari sel jantan (tepung sari) dan satu dari sel betina (indung telur di dalam bunga). Kedua informasi ini (kelak disebut plasma pembawa sifat keturunan atau gen) menentukan ciri-ciri yang akan muncul pada keturunan. Sekarang, konsep ini disebut Hukum Mendel Pertama -- Hukum Pemisahan. 

Contoh dari terapan Hukum Mendell I adalah persilangan monohibrid dengan dominansi. Persilangan dengan dominansi adalah persilangan suatu sifat beda dimana satu sifat lebih kuat daripada sifat yang lain. Sifat yang kuat disebut sifat dominan dan bersifat menutupi, sedangkan yang lemah/tertutup disebut sifat resesif.

Untuk setiap ciri yang diteliti oleh Mendel dalam kacang polong, ada satu ciri yang dominan sedangkan lainnya terpendam. Induk "jenis murni" dengan ciri dominan memunyai sepasang gen dominan (AA) dan dapat memberi hanya satu gen dominan (A) kepada keturunannya. Induk "jenis murni" dengan ciri yang terpendam memunyai sepasang gen terpendam (aa) dan dapat memberi hanya satu gen terpendam (a) kepada keturunannya. Maka keturunan generasi pertama menerima satu gen dominan dan satu gen terpendam (Aa) dan menunjukkan ciri-ciri gen dominan. Bila keturunan ini berkembang biak sendiri menghasilkan keturunan generasi kedua, sel-sel jantan dan betina masing-masing dapat mengandung satu gen dominan (A) atau gen terpendam (a). Oleh karenanya, ada empat kombinasi yang mungkin: AA, Aa, aA dan aa. Tiga kombinasi yang pertama menghasilkan tumbuhan dengan ciri dominan, sedangkan kombinasi terakhir menghasilkan satu tumbuhan dengan ciri terpendam. 

Hukum Mendell I dikenal juga dengan Hukum Segregasi. Hukum segregasi bebas menyatakan bahwa pada pembentukan gamet (sel kelamin), kedua gen induk (Parent) yang merupakan pasangan alel akan memisah sehingga tiap-tiap gamet menerima satu gen dari induknya.

Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:
  1. Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel resisif (tidak selalu nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya w dalam gambar di sebelah), dan alel dominan (nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf besar, misalnya R).
  2. Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan (misalnya ww dalam gambar di sebelah) dan satu dari tetua betina (misalnya RR dalam gambar di sebelah).
  3. Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda (Sb dan sB pada gambar 2), alel dominan (S atau B) akan selalu terekspresikan (nampak secara visual dari luar). Alel resesif (s atau b) yang tidak selalu terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk pada turunannya.


Persilangan monohibrid dengan kasus intermediet . Sifat intermediet adalah sifat yang sama kuat, jadi tidak ada yang dominan ataupun resesif. Contoh: disilangkan antara mawar merah dengan mawar putih.



HUKUM MENDEL KEDUA 
Hukum Mendell II dikenal dengan Hukum Independent Assortment, menyatakan: ‘bila dua individu berbeda satu dengan yang lain dalam dua pasang sifat atau lebih, maka diturunkannya sifat yang sepasang itu tidak bergantung pada sifat pasangan lainnya’. Hukum ini berlaku untuk persilangan dihibrid (dua sifat beda) atau lebih.
Percobaan Mendel yang melibatkan dua sifat sekaligus disebut percobaan dihibrid.
Contoh: disilangkan ercis berbiji bulat warna kuning (dominan) dengan ercis berbiji kisut warna hijau (resesif)



 Kemudian Mendel meneliti dua ciri sekaligus, yakni bentuk benih (bundar atau keriput) dan warna benih (kuning atau hijau). Dia menyilang tumbuhan yang selalu menunjukkan ciri-ciri dominan (bentuk bundar dan warna kuning) dengan tumbuhan berciri terpendam (bentuk keriput dan warna hijau). Sekali lagi, ciri terpendam tidak muncul dalam keturunan generasi pertama. Jadi, semua tumbuhan generasi pertama memunyai benih kuning bundar. Namun, tumbuhan generasi kedua memunyai empat macam benih yang berbeda, yakni bundar dan kuning, bundar dan hijau, keriput dan kuning, dan keriput dan hijau. Keempat macam ini dibagi dalam perbandingan 9:3:3:1. Mendel mengecek hasil ini dengan kombinasi dua ciri lain. Perbandingan yang sama muncul lagi. 

Perbandingan 9:3:3:1 menunjukkan bahwa kedua ciri tidak saling tergantung, sebab perbandingan 3:1 untuk satu ciri bertahan dalam setiap subkelompok ciri yang lain, dan sebaliknya. Hasil ini disebut Hukum Mendel Kedua -- Hukum Ragam Bebas. 

Eksperimen Mendel menunjukkan bahwa ketika tanaman induk membentuk sel-sel reproduksi jantan dan betina, semua kombinasi bahan genetik dapat muncul dalam keturunannya, dan selalu dalam proporsi yang sama dalam setiap generasi. Informasi genetik selalu ada meskipun ciri tertentu tidak tampak di dalam beberapa generasi karena didominasi oleh gen yang lebih kuat. Dalam generasi kemudian, bila ciri dominan tidak ada, ciri terpendam itu akan muncul lagi. 


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 HASIL PENGAMATAN

1) PERBANDINGAN MONOHIBRID
A. Dominansi Penuh
Tabel  1. Hasil Kelompok

Pratikan Ke-
RR (Merah)
Rr (Merah)
rr (Putih)
1
2
3
4
5
6
7
5
4
7
3
3
5
11
11
9
11
13
8
4
5
4
6
4
Jumlah
29
60
31
 Ratio Fenotip
2,8    merah          :          1     putih

3       merah           :          1     putih

B. Dominansi Tidak Penuh
Tabel 2. Hasil Kelompok
Pratikan Ke-
RR (Merah)
Rr (Merah Muda)
rr (Putih)
1
2
3
4
5
6
6
4
4
5
7
9
8
13
8
6
9
8
6
3
8
9
4
3
Jumlah
35
52
33
 Ratio Fenotip
1,6 merah
1,57 merah muda
1 putih

1 merah     :      2 merah muda     :     1 putih


2) PERBANDINGAN DIHIBRID
A. Dominansi Penuh
Tabel 3. Hasil Kelompok
Pratikan ke-
R_B_
R_bb
rrB_
rrbb
1
2
3
4
5
6
6
9
10
8
7
14
4
3
4
5
5
2
10
7
5
5
4
3
-
1
1
2
4
1
Jumlah
54
23
34
9
Ratio Fenotip
6
2,5
3,7
1



B. Dominansi Tidak Penuh
Tabel 4. Hasil Kelompok
Pratikan ke-
RRBB
RRBb
RRbb
RrBB
RrBb
Rrbb
rrBB
rrBb
rrbb
1
2
3
4
5
6
1
3
4
1
1
1
1
2
-
1
-
2
1
-
-
1
-
-
4
1
4
1
-
3
5
4
3
6
5
5
1
3
-
2
1
3
1
1
-
-
3
1
1
2
4
1
6
-
1
-
1
3
-
1
Jumlah
11
6
2
13
28
10
6
14
6
Ratio Fenotif
5,5
3
1
6,5
14
5
3
7
3


3.2 PEMBAHASAN


  1. Pada praktikum ini kami membahas Hukum Mendel I, yaitu perbandingan monohibrid dan Hukum Mendel II, yaitu perbandingan dihibrid. Hukum Mendel I berbunyi “Pada pembentukan gamet, gen yang merupakan pasangan akan disegresikan ke dalam 2 sel anak”. Hukum Mendel II berbunyi “Bila 2 individu berbeda satu dengan yang lain dalam dua sifat pasang atau lebih, maka diturunkan sifat yang sepasang tidak tergantung dati pasangan sifat yang lain”.
  2. Pebandingan Monohibrid, Setiap kelompok menerima 2 buah kantong. Masing-masing kantong berisi 16 kancing yang terdir dari 8 kancing bewarna merah dan 8 kancing bewarna putih. Namun pada praktikum ini, kami hanya menggunakan 5 buah kancing/kantong. Dari percobaan dominansi penuh, ratio fenotip kelompok menunjukkan perbandingan merah : putih, yaitu 2,8 : 1. Jika dibulatkan menjadi 3 : 1. Hal ini sesuai denagan HM I yang mana kancing warna merah (gen dominin R) benilai 3, lebih dominan daripada kancing warna putih (gen resesif r) bernilai 1. Dari percobaan dominansi tidak penuh, akan muncul sifat intermediet. Jika diperoleh 1 kantong merah dan 1 kantong putih, maka zigotnya heterozigot Rr dan fenotipnya intermediet (merah muda). Sehingga menghasilkan perbandingan ratio fenotipnya , merah : merah muda : putih yaitu : 1,06 : 1,57 :1) yang dibulatkan menjadi 1 : 2 : 1. Hal ini sesuai denagan HM I dominansi tidak penuh yang salah satu hasil persilangannya adalah intermediet.
  3. Perbandingan Dihibrid

  Setiap kelompok menerima 2 buah kantong, masing-masing kantong berisi 16 kancing yang terdiri :
4 merah – hitam (RB) = Bunga merah, buah bulat
4 merah – hitam (Rb) = Bunga merah, buah oval
4 kuning –putih (rB) = Bunga kuning, buah bulat
4 kuning –putih (rb) = Bunga kuning, buah oval
Jadi, hasil perhitungan kelompok yang diperoleh adalah :
6 merah, bulat (R_B_)
2,5 merah, oval (R_bb) yang dibulatkan bernilai 3
3,7 kuning, bulat (rrB_) yang dibulatkan bernilai 4
1 kuning, oval (rrbb)

  Dari data diatas terjadi ketidaksinkronan antara hasil yang diperoleh, yaitu 6 : 3 : 4 : 1 dengan perbandingan yang Mendel peroleh, yaitu 9 : 3 : 3 : 1.

Begitupula pada percobaan dominansi tidak penuh. Ratio fenotip yang didapat adalah 5,5 untuk RRBB, 3 untuk RRBb, 1 untuk RRbb, 6,5 untuk RrBB, 14 untuk RrBb, 5 untuk Rrbb, 3 untuk rrBB, 7 untuk rrBb dan 3 untuk rrbb,yang seharusnya memiliki perbandingan 1:2:1:2:4:2:1:2:1.

Dalam suatu percobaan jarang ditemukan hasil yang tepat betul, karena selalu saja ada penyimpangan. Secara umum kesalahan terjadi karena pada saat pengambilan secara acak dan memasangkan kancing genetik terjadi kesalahan disebabkan oleh kurangnya ketelitian dalam pencatatan hasil persilangan, terjadi pengambilan kancing yang lebih atau kurang didalam  kertas, tempat pengambilan kancing hanya berupa kertas yang dapat menyebabkan kancing baju sering terjatuh dan peletakan kancing yang terjatuh tersebut kadang-kadang tidak pada tempat yang semestinya sehingga terjadi ketidak sesuaian jumlah kancing dalam kedua kotak. dan  kurang  kompaknya  para  praktikan dalam  mengambil  kancing, menyebutkan,  dan  mencatatnya sehingga terdapat  perbedaan  rasio  fenotif  dan  rasio genotifnya dengan hukum Mendel.



3.3 PERTANYAAN

1. Daun tanaman Coleus blumei ada yang berlekuk “dalam” dan ada yang berlekuk “dangkal”. Tanaman A dengan berlekuk “dalam” disilangkan dengan tanaman B yang berlekuk “dalam” heterozigot menghasilakan keturunan : lekuk “dalam” : lekuk “dangkal” = 3 : 1. Bila tanaman tadi disilangkan dengan tanaman C yang berlekuk “dangkal”, maka hasilnya adalah  :m lekuk “dalam” : lekuk “dangkal” = 1 : 1. Carilah genotip tanaman A,B, dan C..!

2. Tumbuhan yang tinggi, kuning, bulat, disilangkan dengan yang tinggi, hijau, bulat, menghasilkan:
26 tinggi, kuning, bulat
10 tinggi, kuning, berkerut
9 pendek, kuning, bulat
3 pendek, kuning, berkerut
Carilah generasi parental ?

3. Pada jenis tanaman A menyebabkan bunga bewarna merah yang dominan sempurna terhadap warna putih a. Gen B menyebabkan daun lebar dan alel resesifnya menyebabkan daun kecil. Gen C menghasilkan buah yang masam dan gen resesifnya buah manis. Carilah macam gamet, rasio fenotip dengan menggunakan bracket dari persilangan AaBbCc X AABbCc.

4. Bagaimana pemecahan masalah dari wacana permasalahan diatas?

5. Kesimpulan?



BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN:
  Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan pada pratikum pengamatan Hukum Mendel, dapat disimpulkan sebagai berikut : 
1.   Cabang ilmu biologi yang memepelajari pewarisan sifat dari induk kepada keturunannya (hereditas) serta gejala seluk beluknya secara ilmiah disebut genetika.
2.   pada persilangan monohibrid antara dua individu yang mempunyai satu sifat beda, yang menentukan suatu sifat mengadakan segregasi (pemisahan).
3. Pada percobaan monohibrid dominansi penuh, gen merah bersifat dominan terhadap gen putih sehingga dari percobaan yang kami lakukan  diperoleh lah perbandingan fenotipe hasil kelompok kami yaitu 2,8 merah : 1 putih. Hasilnya memang tidak setepat pada hukum mendel pertama tetapi mendekati dan jika dibulatkan hasilnya akan sama dengan perbandingan fenotipe pada hukum mendel I yaitu 3:1.
4.  pada percobaan dengan perbandingan fenotipe MM : Mm : mm : 1 : 2 : 1.  Dan M tidak dominan terhadap m dengan perbandingan 3 : 1.  Yang dikarenakan Warna merah muda yang dihasilkan dari percobaan ini disebabkan oleh sifat M yang dominan terhadap m, ataupun sifat m yang tidak resesif terhadap M.  sifat demikian disebut interdemiat. 
5. Pada percobaan dihibrid dominansi penuh perbandingan hasil kelompok yang kami dapat berbeda dengan perbandingan fenotipe hukum mendel II. Pada percobaan kami perbandingan yang didapat yaitu 6 : 3 : 4: 1 (setelah dilakukan pembulatan) sedangkan pada rasio fenotipe hukum mendel II diperoleh perbandingan 9: 3: 3: 1.
6. Ketidak sesuaian perbandingan fenotipe juga terjadi pada percobaan persilangan dihibrid dominansi penuh yang kami lakukan dengan perbandingan fenotipe pada hukum mendel II. Pada percobaan kami perbandingan yang didapat yaitu 5,3 : 3 : 1: 6,5 : 14 : 5 : 3 : 7 : 3 sedangkan pada perbandingan fenotipe pada hukum mendel II adalah 1 : 2 : 1 : 2 : 4 : 2 : 1 : 2 : 1
6. Ketidaksesuaian tersebut dapat disebabkan oleh berbagai macam alasan diantaranya : kurangnya ketelitian dalam pencatatan hasil persilangan, terjadi pengambilan kancing yang lebih atau kurang didalam  kertas, tempat pengambilan kancing hanya berupa kertas yang dapat menyebabkan kancing baju sering terjatuh dan peletakan kancing yang terjatuh tersebut kadang-kadang tidak pada tempat yang semestinya sehingga terjadi ketidak sesuaian jumlah kancing dalam kedua kotak. dan  kurang  kompaknya  para  praktikan dalam  mengambil  kancing, menyebutkan,  dan  mencatatnya sehingga terdapat  perbedaan  rasio  fenotif  dan  rasio genotifnya dengan hukum Mendel.
7. Jadi dalam melakukan percobaan tersebut diharapkan dapat lebih meningkatkan ketelitian dan kekompakan antar praktikan.



DAFTAR PUSTAKA

Darmawati. 2009. Genetika dan Evolusi. Pekanbaru: PUSBANGDIK 2009

Darmawati, Imam, mahadi. 2011. Penuntun Praktikum Genetika dan Evolusi. Pekanbaru

http://genetika/Genetika%20%20%20Hukum%20Mendel%20_%20Biologi%20Media%20Centre%20%28BMC%29.htm

http://genetika/Hukum_Pewarisan_Mendel.htm

http://genetika/gregor_mendel_1822_1884.htm

http://genetika/hukum-mendel.htm

http://genetika/mantapppp.html

http://genetika/laporan-praktikum-genetika-dasar-hukum.html

http://genetika/showthread.php.htm

http://genetika/imitsi-gen-11.html

my signature