1
|
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sungai merupakan sumber daya yang
sangat penting artinya dalam kehidupan manusia. Ciri khas sungai dibandingkan
dengan perairan lainnya adalah adanya arus dari hulu ke muara sungai yang
merupakan daerah subur, karena banyak terdapat nutrien yang terbawa aliran
sungai tersebut.
Banyaknya
aktifitas di sungai dan sekitarnya, secara langsung maupun tidak langsung
berpengaruh terhadap kesuburan perairan tersebut. Dengan demikian akan
berpengaruh pula terhadap pertumbuhan dan perkembangan organisme akuatik yang
hidup di dalamnya.
Organisme akuatik yang termasuk sebagai penyusun
komponen biotik ekosistem
sungai adalah fitoplankton, bentos dan perifiton. Keberadaan biota
air seperti plankton, perifiton, benthos pada ekosistem perairan memegang peranan penting baik dalam rantai
makanan maupun dalam aliran energi pada
ekositem seperti fitoplankton yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan
organisme perairan karena keberadaanya sangat menunjang organisme perairan
lainnya. Fitoplankton secara ekologis berfungsi sebagai produsen primer dan
awal mata rantai dalam jaring-jaring makanan. Sedangkan zooplankton merupakan
biota yang sangat penting peranannya dalam rantai makanan diperairan danau,
karena merupakan konsumen primer yang menjembatani transfer energi dari
produsen primer (fitoplankton) ke tingkat tropik yang lebih tinggi (Handayani, 2005).
Berubahnya kondisi
suatu perairan dapat mengakibatkan perubahan struktur dan kelimpahan biota air.
Perubahan ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang berasal dari alam maupun
aktifitas manusia dalam memanfaatkan sumber daya alam perairan seperti
industri, pertanian, pertambangan, dan perairan juga sering digunakan sebagai
jalur transportasi. Banyaknya aktifitas pada suatu perairan dapat menimbulkan
peningkatan konsentrasi unsur hara secara cepat, sehingga dapat menimbulkan
peningkatan kelimpahan plankton melampaui batas normal (Khoir, 2010).
2
|
1.1. Permasalahan
Bagaimanakah struktur komunitas biota hewan akuatik di
kawasan Taman Nasional Tesso Nilo?
1.2. Tujuan
Untuk mengetahui struktur komunitas biota hewan akuatik di
kawasan Taman Nasional Tesso Nilo.
1.3. Manfaat
Penulisan
Memberikan
pengetahuan bagi penulis dan pembaca untuk mengetahui gambaran dan
informasi struktur komunitas biota hewan akuatik di Kawasan Taman Nasional
Tesso Nilo.
3
|
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ekosistem
Sungai
Perairan
lotik (mengalir) merupakan perairan darat, dimana airnya bergerak secara
teratur dan terus menerus. Laju aliran adalah gambaran ideal dari ekosistem
perairan lotik yang secara fundamental diatur oleh laju aliran arus.
Sungai
merupakan ekosisitem perairan lotik yang dipengaruhi oleh jatuhnya aliran atau
perubahan partikel persatuan panjang. Sungai merupakan perairan yang airnya
mengalir secara terus menerus pada arah tertentu, berasal dari air tanah, air
hujan dan air permukaan yang akhirnya bermuara ke laut atau perairan terbuka
yang lebih luas.Biasanya terjadi pencampuran air secara menyeluruh dan tidak
terbentuk stratifikasi vertikal kolom air seperti pada perairan lentik (Efendi, 2003).
2.2. Pencuplikan
Biota Hewan di Lingkungan Akuatik
Biota akuatik merupakan kelompok
biota, baik hewan maupun tumbuhan yang sebagian atau seluruh hidupnya berada di
perairan.
Berdasarkan kebiasaan hidupnya,
biota akuatik dibedakan menjadi:
a)
Plankton, yaitu hewan atau tumbuhan (mikroorganisme)
yang hidup melayang-layang dalam air. Plankton terdiri atas fitoplankton dan
zooplankton. Fitoplankton contohnya: alga mikroskopis (Chlorophyccae, Cyanophyceae,
Diatomae), sedangkan zooplankton contohnya: Protozoa serta hewanhewan lain
golongan Porifera, Coelenterata, Crustacea, dan lain-lain.
b)
Nekton, yaitu hewan-hewan yang aktif berenang kian
kemari umpama ikan, amfibi dan serangga air.
c) Neuston, yaitu
jenis hewan yang beristirahat atau berenang di permukaan air. Contohnya:
beberapa jenis insekta yang berenang di dalam atau di permukaan air.
e) Bentos, yaitu hewan-hewan yang melekat atau
beristirahat pada dasar atau hidup pada endapan. Contohnya: siput, kerang, dan
cacing. (Anonymous, 2012)
2.2.1. Plankton
Secara sederhana plankton diartikan
sebagai hewan dan tumbuhan renik yang terhanyut di laut. Nama plankton berasal dari akar kata Yunani
“planet” yang berarti pengembara. Istilah plankton pertama kali diterapkan
untuk organisme di laut oleh Victor Hensen direktur Ekspedisi Jerman pada tahun
1889 (Charton dan Tietjin, 1989).
Plankton terdiri dari dua kelompok
besar organisme akuatik yang berbeda yaitu organisme fotosintetik atau
fitoplankton dan organisme non fotosintetik atau zooplankton.
2.2.1.1.
Fitoplankton
Fitoplankton adalah organisme yang
hidup melayang-layang di dalam air, relatif tidak memiliki daya gerak, sehingga
eksistensinya sangat dipengaruhi oleh gerakan air seperti arus, dan lain-lain
(Odum 1971). Menurut Reynolds (1984),
fitoplankton yang hidup di air tawar terdiri dari tujuh kelompok besar filum,
yaitu: Cyanophyta (alga biru), Cryptophyta, Chlorophyta (alga hijau),
Chrysophyta, Pyrrhophyta (dinoflagellates), Raphydophyta, dan Euglenophyta.
Setiap jenis fitoplankton yang berbeda
dalam kelompok filum tersebut mempunyai respon yang berbeda-beda terhadap
kondisi perairan, sehingga 9 komposisi jenis fitoplankton bervariasi dari satu
tempat ke tempat lain (Welch, 1952).
Menurut
Welch (1952), plankton air tawar dibedakan menjadi limnoplankton dan
rheoplankton. Limnoplankton adalah
plankton yang hidup di perairan tergenang, sedangkan rheoplankton adalah plankton yang hidup
di perairan mengalir. Beberapa faktor yang mempengaruhi distribusi kelimpahan
fitoplankton dalam suatu perairan adalah arus, kandungan unsur hara, predator,
suhu, kecerahan, kekeruhan, pH, gas-gas terlarut, maupun kompetitor.
2.2.1.1.
Zooplankton
5
|
Zooplankton merupakan plankton hewani
yang terhanyut secara pasif karena terbatasnya kempuan bergerak. Berbeda dengan
fitoplankton , zooplankton hampir meliputi seluruh filum hewan mulai dari
protozoa (hewan bersel tunggal) sampai filum Chordata (hewan bertulang
belakang).
Ada
tiga katagori ukuran zoopalnkton yang dikenal dengan mikrozooplankton,
mesozooplankton, dan makrozooplankton. Mikrozooplankton meliputi zooplankton
yang dapat melewati plankton net dengan mata 202 μm dan mesozooplankton adalah
yang tersangkut sedangkan makrozooplankton dapat ditangkap dengan plankto net
dengan lebar mata 505μm (Sunarto, 2008).
2.2.1. Periphyton
Periphyton adalah komunitas organisme
yang hidup di atas atau sekitar substrat yang tenggelam. Substrat tersebut dapat berupa batu-batuan,
kayu, tumbuhan air yang tenggelam, dan kadangkala pada hewan air (Odum 1971).
Menurut
Weitzel (1979), perifiton terdiri dari mikroflora yang tumbuh pada semua
substrat tenggelam. Pada umumnya
perifiton di perairan mengalir terdiri dari diatom, (Bacillariophyceae), alga
biru berfilamen (Myxophyceae), alga hijau berfilamen (Chlorophyceae), bakteri
atau jamur berfilamen, protozoa, dan rotifera (tidak banyak pada perairan tidak
tercemar), serta beberapa jenis serangga (Welch 1952). Berdasarkan tipe substrat tempat menempelnya, perifiton dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
a)
Epilithic, perifiton yang menempel pada
batu.
6
|
b)
Epipelic,
perifiton yang menempel pada permukaan sedimen.
c)
Epiphytic,
perifiton yang menempel atau hidup pada permukaan daun atau batang tumbuhan.
d)
Epizoic,
perifiton yang menempel pada permukaan tubuh hewan.
e)
Epidendritic,
perifiton yang menempel pada kayu.
f)
Epipsamic,
perifiton yang menempel pada permukaan pasir
2.2.2. Benthos
Bentos adalah
organisme yang hidup di dasar perairan (substrat) baik yang sesil, merayap maupun menggali
lubang. Bentos hidup di pasir, lumpur, batuan, patahan karang atau karang yang
sudah mati. Substrat perairan dan kedalaman mempengaruhi pola
penyebaran dan morfologi fungsional serta tingkah laku hewan bentik.Hal
tersebut berkaitan dengan karakteristik serta jenis makanan bentos.
Organisme yang termasuk makrozoobentos
diantaranya adalah: Crustacea, Isopoda, Decapoda, Oligochaeta, Mollusca,
Nematoda dan Annelida. Klasifikasi benthos menurut ukurannya : Makrobenthos
merupakan benthos yang memiliki ukuran lebih besar dari 1 mm (0.04 inch),
contohnya cacing, pelecypod, anthozoa, echinodermata, sponge, ascidian, and
crustacea. Meiobenthos merupakan benthos yang memiliki ukuran antara 0.1 - 1
mm, contohnya polychaete, pelecypoda, copepoda, ostracoda, cumaceans, nematoda,
turbellaria, dan foraminifera. Mikrobenthos merupakan benthos yang memiliki ukuran
lebih kecil dari 0.1 mm, contohnya bacteri, diatom, ciliata, amoeba, dan
flagellata (Anonymous, 2012).
METODE PENELITIAN
3.1. Waktu
dan Tempat
Kegiatan survey lapangan ini dilakukan pada 01
Juni 2012 di Kawasan
Taman Nasional Tesso Nilo dan
sampel yang ditemukan diidentifikasi di Laboratorium Pendidikan Biologi
Universitas Riau.
Deskripsi Area
Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo secara administratif terletak di dua kabupaten yakni Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau. Sedangkan secara geografis antara 00 05’ 41,5 ” – 0021’3,3” LS dan 1010 35’29,7”- 1020 4’44,2 ” BT. Topografi kawasan Tesso Nilo berupa datar sampai berbukit ( RePPro T 1988). Di beberapa empat ditemukan areal dengan kemiringan < 2 %. Ketinggian lokasi dari permukaan laut berkisar antara 50 – 175 m dpl. Kemiringan lereng bisa dikelompokkan menjadi empat kelas yaitu antara 15 – 25% : 25 – 40% : 45 – 90 % : dan .>90%. Kawasan yang masih di tumbuhi hutan alam dengan diameter pohon diatas 30 cm berada di areal dengan kemiringan lerang <45%. Kawasan hutan Tesso Nilo secara umum di golongkan sangat lembab dengan curah hujan tahunan yang berkisar antara 2.000 – 3.000 mm. Secara keseluruhan curah hujannya sangat tinggi.
Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo dan sekitarnya merupakan daerah tangkapan air bagi beberapa sungai antara lain: Sungai Tesso( di bagian barat ), Sungai Segati ( di bagian utara ), dan Sungai Nilo ( di bagian timur). Ketiganya merupakan sub DAS dari DAS kampar, tepatnya diantara DAS Tesso dan DAS Nilo di Provinsi Riau. Sungai Nilo yang berhulu dari sungai sawan berada dipinggir desa lubuk kembang bunga , tepatnya disebelah barat dan berbatasan dengan areal tanaman akasia milik PT. Riau Andalan Pulp dan Paper. Di tengah- tengah kawasan hutan Tesso Nilo terdapat anak sungai yaitu Sungai Perbekalan. Kondisi air sungai berwarna hijau kebiruan, dengan kedalaman ± 2 meter. Substrat pada dasar sungai ini secara keseluruhan adalah pasir berlumpur yang banyak akar tanaman dari tumbuhan disekitar sungai itu sendiri. Hal ini disebabkan karena adanya arus yang cukup deras pada pinggiran sungai yang membuat tanah di sekitar sungai ikut terbawa arus air. Selain itu kawasan ini masih cukup alami sehingga memang tidak terlalu banyak bahan organik yang mengendap di DAS.
8
Debet air yang ada di
sungai perbekalan pada saat itu mengalami penurunan. Namun menurut
(Polhut) setempat apabila musim penghujan tiba debet air bisa naik
hingga meluap kepinggiran sungai.Di pinggir sungai banyak sekali ditumbuhi oleh
berbagai macam jenis tumbuhan , dari
yang perdu hingga pohon. Kondisi inilah yang membuat air sungai yang ada di hutan ini tetap terjaga
kealamiannya. Pencahayaan matahari hampir
80 % tidak sampai kepermukaan perairan hal ini dikarenakan pepohon
disekitar sungai yang memiliki tajuk yang cukup rindang.
8
|
Sedangkan
Sungai Nilo memiliki sedikit perbedaan karakteristik dengan sungai perbekalan.
Sungai ini memiliki kedalam ± 1,2 meter
dan lebar 40 m. Lebih dekat dengan perkampungan dan aktivitas masyarakat. Warna
air hijau sedikit kebiruan. Substrat pada DAS
lebih berlumpur di bandingkan
dengan sungai perbekan. Sepanjang bibir sungai juga banyak di tumbuhi oleh
tumbuhan yang memiliki perawakan pohon yang besar dan perkebunan masyarakat.
Pencahayaan yang sampai kepermukaan air sungai hampir 90 %.
3.2. Metode
Penelitian
3.2.1. Pengumpulan
Data
A. Alat dan Bahan
1. Struktur
Komunitas Biota Air
a.
Plankton
1) Ember
plastik berukuran 10 liter
2) Planktonet
no. 25 yang digunakan pada saat penyaringan plankton
3) Botol
film untuk tempat meletakkan sampel plankton
4) Mikroskop
5) Cover
glass
6) Object glass
7)
Pipet tetes
8) Tissue
9) Larutan
fornalin 4 % untuk pengawetan sampel plankton.
b.
Periphython
1) Botol
film untuk tempat meletakkan sampel plankton
2) Mikroskop
3) Cover
glass
4) Object
glass
5) Pipet
tetes
6) Tissue
7) Larutan
fornalin 4 % untuk pengawetan sampel periphython.
c. Benthos
1) Plastik
2 kg untuk tempat meletakkan sampel periphython
2) Mikroskop
3) Cover
glass
4) Object
glass
5) Pipet
tetes
6) Tissue
7) Larutan
fornalin 4 % untuk pengawetan sampel benthos.
B. Prosedur Penelitian
Adapun
jenis metode yang dipakai dalam praktikum ini adalah metode survey, yang mana data
yang didapat diperoleh langsung dari lapangan.
C. Penentuan Lokasi Pengambilan Sampel
Penentuan
lokasi pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive random sampling,
yaitu penetapan stasiun didasarkan atas perkiraan aktifitas yang terdapat di sepanjang
Sungai Perbekalan dan Sungai Nilo. Lokasi pengambilan sampel ditetapkan menjadi
3 stasiun pada Sungai Perbekalan dan 1 stasiun di Sungai Nilo.
3.2.2.Parameter
1)
Keanekaragaman
2)
Kemerataan
3)
Kekayaan jenis
4)
Dominansi
3.3. Analisis
Data
2.3.1. Indeks
Keanekaragaman Jenis
Indeks Keanekaragaman merupakan
karakteristik dari suatu komunitas yang menggambarkan tingkat keanekaragaman
spesies dari organisme yang terdapat dalam komunitas tersebut (Odum, 1996). Rumus yang digunakan adalah :
Dimana,
H’ = Indeks keanekaragaman jenis (Shannon-Wienner)
ni =
Jumlah individu jenis ke-i
N = Total individu
Kategori penilaian untuk
keanekaragaman jenis adalah sebagai berikut:
a.
H’≤ 1 =
Keanekaragaman rendah, penyebaran rendah, kestabilan komunitas rendah,
b.
1 < H’ <
3 = Keanekaragaman sedang, penyebaran sedang, kestabilan komunitas sedang,
c. H’ ≥3 = Keanekaragaman tinggi, penyebaran tinggi,
kestabilan komunitas tinggi. (Ludwig &
Reynolds 1988)
2.3.2.
Indeks Kemerataan
Indeks Kemerataan (E) menggambarkan ukuran jumlah individu antar spesies
dalam suatu komunitas. Semakin merata
penyebaran individu antar spesies maka keseimbangan ekosistem akan makin
meningkat (Ludwig & Reynolds 1988).
Rumus yang digunakan adalah:
Dimana,
H` = indeks keanekaragaman
H maks = ln S
(jumlah spesies)
Nilai
indeks berkisar antara 0-1 dengan kategori sebagai berikut :
a. 0
< E ≤ 0,4 : Kemerataan kecil,
komunitas tertekan
b. 0,4
< E ≤ 0,6 : Kemerataan sedang, komunitas labil
c. 0,6
< E ≤ 1,0 : Kemerataan tinggi, komunitas stabil
2.3.3. Kekayaan jenis
Untuk melihat kekayaan jenis plankton digunakan dengan
rumus:
Dimana,
S = Jumlah total spesies
N = Jumlah total individu
Jika nilai R < 3.5 maka
kekayaan jenis yang tergolong rendah,
Jika nilai R = 3.5 – 5.0 maka
kekayaan jenis tergolong sedang,
Jika nilai R > 5.0 maka kekayaan jenis tergolong
tinggi.
2.3.4. Indeks
Dominansi Jenis
Untuk melihat ada tidaknya jenis yang mendominasi
pada suatu ekosistem dapat dilihat dari nilai indeks dominansi dengan rumus
sebagai berikut :
Dimana,
D = Indeks Dominansi
N = Total individu
Nilai indeks berkisar antara 0-1 dengan
kategori sebagai berikut :
a.
0 < C <
0,5 = Dominansi rendah
b.
0,5 < C ≤
0,75 = Dominansi sedang
c.
0,75 < C ≤
1,0 = Dominansi tinggi (Ludwig &
Reynolds 1988)
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Pengamatan
Tabel
1. Keanekaragaman Jenis Peryphyton di Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo
No
|
Nama Spesies
|
SUNGAI PERBEKALAN
|
SUNGAI NILO
|
||
I
|
II
|
III
|
|||
1
|
Amphidinium
klebsii
|
0
|
1
|
2
|
0
|
2
|
Ankistrodesmus
|
3
|
6
|
2
|
0
|
3
|
Aphanizonenon
sp
|
0
|
0
|
1
|
0
|
4
|
Botrydiopsis
arhiza
|
2
|
0
|
0
|
0
|
5
|
Calotrix sp
|
6
|
8
|
2
|
0
|
6
|
Ceratium
extensium
|
1
|
0
|
0
|
0
|
7
|
Cladhopora
|
0
|
4
|
2
|
5
|
8
|
Clodophora sp
|
3
|
4
|
5
|
0
|
9
|
Closteriopsis
longissima
|
8
|
8
|
3
|
5
|
10
|
Closterium sp
|
1
|
2
|
2
|
0
|
11
|
Cudorina
waluichi
|
9
|
1
|
4
|
0
|
12
|
Dactylocco
|
6
|
1
|
2
|
6
|
13
|
Dinabryon sp
|
9
|
7
|
2
|
1
|
14
|
Draparnaldia
sp
|
1
|
0
|
0
|
0
|
15
|
Gleotricha
echinolata
|
1
|
3
|
1
|
0
|
16
|
Lemanea sp
|
0
|
0
|
0
|
1
|
17
|
Microcystus
flasaqua
|
2
|
5
|
6
|
4
|
18
|
Microspora sp
|
1
|
0
|
0
|
0
|
19
|
Nitzchina sp
|
20
|
9
|
6
|
2
|
20
|
Nostoc sp
|
1
|
0
|
0
|
0
|
21
|
Oedogonium
|
0
|
0
|
1
|
0
|
22
|
Oscilatoria
|
6
|
5
|
4
|
2
|
23
|
Pinnularia
|
0
|
1
|
0
|
0
|
24
|
Pormidium sp
|
2
|
0
|
0
|
1
|
25
|
Sirogonum
sticticum
|
2
|
3
|
0
|
0
|
26
|
Spirulina sp
|
1
|
0
|
1
|
0
|
27
|
Stentor sp
|
0
|
0
|
2
|
0
|
28
|
Stigeoclonium
lubricum
|
1
|
7
|
0
|
0
|
29
|
Synedra acus
|
10
|
4
|
5
|
8
|
30
|
Tolypothrix
sp
|
1
|
4
|
0
|
1
|
31
|
Tribonema sp
|
0
|
1
|
2
|
0
|
32
|
Uronema
elongatum
|
0
|
0
|
4
|
0
|
JUMLAH
|
84
|
59
|
36
|
NO
|
PARAMETER
|
SUNGAI
PERBEKALAN
|
SUNGAI NILO
|
||
I
|
II
|
III
|
|||
1
|
Indeks Keanekaragaman (H’)
|
2,23
|
2,8
|
2,86
|
2,14
|
2
|
Kemerataan (E)
|
0,71
|
0,93
|
0,94
|
0,89
|
3
|
Kekayaan jenis (R)
|
4,42
|
4,29
|
4,9
|
2,79
|
4
|
Dominansi (D)
|
0,09
|
0,07
|
0,05
|
0,14
|
Tabel 3. Keanekaragaman Jenis Plankton di Kawasan Taman Nasional
Tesso Nilo
NO.
|
SPESIES
|
SUNGAI PERBEKALAN
|
SUNGAI NILO
|
||
I
|
II
|
III
|
|||
1.
|
Actinastrium
hantzschi
|
0
|
0
|
0
|
4
|
2.
|
Ankistodesmus
sp
|
19
|
3
|
0
|
3
|
3.
|
Asteriolla sps
|
0
|
1
|
0
|
0
|
4.
|
Campsopogan
coeruleus
|
12
|
0
|
8
|
1
|
5.
|
Cladophora sp
|
0
|
2
|
1
|
1
|
6.
|
Clorella sp
|
6
|
2
|
2
|
5
|
7.
|
Closteriopsis
longissima
|
12
|
2
|
2
|
3
|
8.
|
Closterium sp
|
11
|
9
|
2
|
10
|
9.
|
Cudora sp
|
4
|
0
|
1
|
0
|
10.
|
Cyclops sp
|
2
|
0
|
0
|
0
|
11.
|
Denticula sp
|
0
|
0
|
0
|
1
|
12.
|
Dichlomococus
lunatus
|
0
|
5
|
0
|
2
|
13.
|
Dinobryon sp
|
1
|
0
|
0
|
0
|
14.
|
Draparnaldia
sp
|
1
|
0
|
0
|
0
|
15.
|
Enteromorpha
prolifera
|
6
|
5
|
0
|
0
|
16.
|
Eudorina
elegans
|
5
|
0
|
0
|
0
|
17.
|
Gleottica
echainulata
|
4
|
0
|
0
|
0
|
18.
|
Gomphosphaeria
|
11
|
0
|
12
|
0
|
19.
|
Goniochloris
sculpla
|
2
|
0
|
0
|
0
|
20.
|
Gyrosygma sp
|
0
|
0
|
0
|
3
|
21.
|
Kircheneriella
lunaris
|
0
|
1
|
0
|
0
|
22.
|
Lemanea
annulata
|
0
|
0
|
0
|
1
|
23.
|
Lemnaea
annulata
|
0
|
12
|
4
|
0
|
24.
|
Leptothrix
ochracea
|
0
|
0
|
3
|
0
|
25.
|
Lyngbya sp
|
0
|
0
|
1
|
0
|
26.
|
Mycructus
ainginosa
|
2
|
0
|
0
|
0
|
27.
|
Mycructus
flusafia
|
16
|
0
|
2
|
0
|
28.
|
Naviculla sp
|
3
|
3
|
6
|
2
|
29.
|
Nitzchia
sp
|
4
|
10
|
7
|
6
|
30.
|
Oedogonium
crenulatocostratum
|
2
|
0
|
0
|
|
31.
|
Oscillatoria
sp
|
6
|
4
|
0
|
8
|
32.
|
Plurrosygma
sp
|
0
|
1
|
0
|
0
|
33.
|
Pormidium sp
|
0
|
2
|
4
|
0
|
34.
|
Scenedesmus sp
|
1
|
0
|
0
|
0
|
35.
|
Sirogonium
sticticum
|
0
|
4
|
7
|
4
|
36.
|
Spirogryra sp
|
14
|
0
|
0
|
0
|
37
|
Stigeoclonium
lubricum
|
8
|
0
|
5
|
0
|
38.
|
Synedra sp
|
17
|
0
|
6
|
5
|
Jumlah
|
163
|
66
|
73
|
59
|
Tabel 4. Pengukuran Faktor Biologi
Plankton
NO
|
PARAMETER
|
SUNGAI
PERBEKALAN
|
SUNGAI NILO
|
||
I
|
II
|
III
|
|||
1
|
Indeks Keanekaragaman (H’)
|
2,88
|
2,49
|
2,63
|
2,55
|
2
|
Kemerataan (E)
|
0,91
|
0,9
|
0,15
|
0,92
|
3
|
Kekayaan Jenis (R)
|
4,48
|
3,58
|
3,73
|
3,68
|
4
|
Dominansi (D)
|
0,02
|
0,1
|
0,09
|
0,08
|
Tabel 5. Keanekaragaman Jenis Benthos di Kawasan Taman Nasional Tesso
Nilo
NO
|
SPESIES
|
SUNGAI PERBEKALAN
|
SUNGAI NILO
|
||
I
|
II
|
III
|
|||
1
|
Spesies A
|
0
|
0
|
0
|
2
|
2
|
Spesies B
|
0
|
0
|
0
|
1
|
3
|
Spesies C
|
0
|
1
|
0
|
0
|
Jumlah
|
0
|
1
|
0
|
3
|
Tabel 6. Pengukuran Faktor Biologi Benthos
NO
|
PARAMETER
|
SUNGAI
PERBEKALAN
|
SUNGAI NILO
|
||
I
|
II
|
III
|
|||
1
|
Indeks Keanekaragaman (H’)
|
0
|
0
|
0
|
0,64
|
2
|
Kemerataan (E)
|
0
|
0
|
0
|
0,92
|
3
|
Kekayaan Jenis (R )
|
0
|
0
|
0
|
0,91
|
4
|
Dominansi (D)
|
0
|
1
|
0
|
0,56
|
4.2.
Pembahasan
16
|
4.2.1. Pencuplikan
Biota Hewan di Perairan
Sungai di Kawasan Taman Nasional Tesso Nilo
4.2.3.1. Periphyton
Berdasarkan
hasil pengamatan, dapat dilihat bahwa adanya perbedaan adelam setiap
karakteristik komunitasnya, baik dilihat dari segi keanekaraman jenis
periphyton, kemerataan, kekayaan jenis, maupun dominasinya.
Keanekaragaman periphyton tertinggi terdapat pada stasiun 3 Sungai
Perbekalan sebesar 2,86 sedangkan terendah terdapat pada stasiun Sungai Nilo
sebesar 2,14. Hal ini sesuai dengan pendapat Whitton (1975) yang menyatakan
bahwa perairan dengan indeks keanekaragaman antara 1-3 berarti perairan berada
dalam keadaan normal, yang berarti penyebaranya merata, sehingga dapat
mendukung kehidupan berbagai organisme yang ada di dalamnya.
Sedangkan
untuk kemerataannya, keempat stasiun ini termasuk dalam golongan yang stabil,
karena kemerataannya tinggi, yaitu di atas 0,6 dan menunjukkan komunitasnya
stabil.
Untuk
kekayaan jenis, stasiun 2 Sungai
Perbekalan merupakan stasiun dengan tingkat kekayaan jenisnya sedang, yaitu
mencapai 4,9. Sedangan untuk stasiun Sungai Nilo tergolong stasiun dengan
tingkat kekayaan jenis paling rendah, karena nilai indeks kekayaan jenisnya
kurang dari 3,5.
Nilai dominansi tertinggi terdapat pada stasiun Sungai Nilo sebesar 0,14, dari hasil nilai
perhitungan indeks dominansi terlihat tidak ada dominansi jenis perifiton
selama pengamatan. Hal ini berarti kondisi perairan seimbang dan tidak terjadi
persaingan. Sesuai dengan Krebs (1978) yang menyatakan bahwa nilai indeks
dominansi yang mendekati satu menunjukkan perairan dalam keadaan normal.
4.2.3.2.
Plankton
17
|
Berdasarkan hasil
pengamatan, dapat dilihat bahwa adanya perbedaan adelam setiap karakteristik
komunitasnya, baik dilihat dari segi keanekaraman jenis plankton, kemerataan,
kekayaan jenis, maupun dominasinya.
Keanekaragaman plankton tertinggi
terdapat pada stasiun 1 Sungai Perbekalan sebesar 2,88. Hal ini sesuai dengan
pendapat Whitton (1975) yang menyatakan bahwa perairan dengan indeks
keanekaragaman antara 1-3 berarti perairan berada dalam keadaan normal, yang
berarti penyebaranya merata, sehingga dapat mendukung kehidupan berbagai
organisme yang ada di dalamnya.
Sedangkan untuk
kemerataannya, keempat stasiun ini termasuk dalam golongan yang stabil, karena
kemerataannya tinggi, yaitu di atas 0,6 dan menunjukkan komunitasnya stabil.
Untuk kekayaan jenis,
stasiun 2 Sungai Perbekalan merupakan
stasiun dengan tingkat kekayaan jenisnya sedang, yaitu mencapai 4,48.
Nilai dominansi tertinggi
terdapat pada stasiun 2 Sungai
Perbekalan, yaitu sebesar
0,1, dari hasil nilai perhitungan indeks dominansi terlihat tidak ada dominansi
jenis plankton selama pengamatan. Hal ini berarti kondisi perairan seimbang dan
tidak terjadi persaingan. Sesuai dengan Krebs (1978) yang menyatakan bahwa
nilai indeks dominansi yang mendekati satu menunjukkan perairan dalam keadaan
normal.
4.2.3.3.
Benthos
Berdasarkan hasil
pengamatan, dapat dilihat bahwa adanya perbedaan adelam setiap karakteristik
komunitasnya, baik dilihat dari segi keanekaraman jenis Benthos, kemerataan,
kekayaan jenis, maupun dominasinya.
Keanekaragaman benthos semua
stasiun tergolong rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Whitton (1975) yang
menyatakan bahwa perairan dengan indeks keanekaragaman kurang dari 1, berarti
perairan berada dalam keadaan rendah, yang berarti penyebaranya tidak merata, sehingga
komunitas menjadi tertekan.
Sedangkan untuk
kemerataannya, stasiun sungai nilo termasuk dalam golongan yang stabil, karena
kemerataannya tinggi, yaitu di atas 0,6 dan menunjukkan komunitasnya stabil.
Untuk kekayaan jenis,
semua stasiun tergolong rendah. Hal ini dibuktikan dengan hasil indeks kekayaan
jenis yang kurang dari 3,5.
Nilai dominansi tertinggi
terdapat pada stasiun 2 Sungai
Perbekalan yaitu sebesar
1, dari hasil nilai perhitungan indeks dominansi terlihat tidak ada dominansi
jenis benthos selama pengamatan. Hal ini berarti kondisi perairan seimbang dan
tidak terjadi persaingan. Sesuai dengan Krebs (1978) yang menyatakan bahwa
nilai indeks dominansi yang mendekati satu menunjukkan perairan dalam keadaan
normal.
BAB V
KESIMPULAN
1)
Berdasarian cara hidupnya, biota hewan
akuatik dibedakan menjadi Plankton,
Periphyton, Benthos, Nekton, dan
Neuston.
2)
Plankton
merupakan organisme yang melayang-layang di dalam air dan
gerakannya kurang lebih tergantung pada arus. Beberapa organisme zooplankton
ada yang menunjukan gerakan berenang yang aktif yang membantu mempertahankan
posisi vertikal.
3)
Benthos
merupakan organisme yang melekat atau sedang beristirahat pada dasar perairan
atau yang hidup di dalam sedimen di dasar perairan.
4)
Periphyton
merupakan organisme baik hewan atau tumbuhan yang melekat di dalam air atau
permukaan lain yang ada di atas dasar perairan.
5)
Nekton
merupakan organisme yang mampu berenang serta dapat menentukan arah sesuai
dengan kehendak, dengan demikian dapat menghindari diri dari penangkapan atau
memburu mangsa.
6)
Neuston
merupakan organisme yang berenang atau sedang beristirahat di permukaan air.
7)
Indeks
keanekaragaman plankton tertinggi terdapat pada stasiun 1 yaitu sebesar 2,88. Untuk
Nilai Dominansi dan Kekayaan jenis tertinggi terdapat pada stasiun 2 Sungai
Perbekalan.
8)
Keanekaragaman
perifiton tertinggi terdapat pada stasiun 3 Sungai Perbekalan sebesar 2,86 sedangkan
terendah terdapat pada stasiun Sungai Nilo sebesar 2,14. Nilai dominansi
tertinggi terdapat pada stasiun Sungai Nilo.
9)
Nilai
Indeks keanekaragaman dan kekayaan jenis benthos untuk semua stasiun tergolong
rendah. Sedangkan untuk Nilai Kemerataan dan Dominansi tertinggi terdapat pada
stasiun Sungai Nilo.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2012. http://ostracion.blogspot.com/2010/04/bentos.html.
diakses tanggal 20 Juni 2012
Charton, B dan J. Tietjen. 1989. Seas and Oceans. Collin.
Glassglow and London.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air: Bagi Pengelolaan
Sumber Daya dan Lingkungan Periaran. Kanisius. Yogyakarta
Handayani, T.
Suharto, B dan Marsoedi. 2005. Komunitas
Zooplankton di Perairan Waduk Krenceng, Cilegon, Banten. Universitas
Nasional. Jakarta 12520, Indonesia
Khoir, N. 2010. Pentingnya
Mempelajari Plankton http://www.scribd.com/doc /9739/pentingnya.
diakses tanggal 19 Juni 2012
Krebs, C. J. 1985. Ecology Experimental Analysis of
Distribution Abudance. Philadelphia:
Harper & Row Publisher.
Odum, E. P. 1971. Fundamentals of Ecology. Third Edition. W.
B. Sounder Co. Philadelphia
Reynolds, C. S. 1984. The Ecology of Freshwater
Phytoplankton. Cambridge University Press. Cambridge
Sunarto. 2008. Karakteristik Biologi dan Peranan Plankton
Bagi Ekosistem Laut. Universitas Padjajaran. Bandung
Weitzel, R. L. 1979. Methods and Measuremants of Perifiton
Communities: A Review American Society for Testing and Materials. Philadelphia
Welch, P. S. 1952. Limnology. Second edition. McGraw Hill
International BookCompany. New York
Whitton, B. A. 1975. River Ecology. Blackwell Scientific
Publications. Oxford. London
bagus artikelnya. boleh minta file PDF lengkapnya ga?
BalasHapus