Jumat, 11 Mei 2012

Menaksir Kelimpahan Populasi dengan Metode Menangkap-Menandai-Menangkap Kembali (MMM)


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.  LATAR BELAKANG
Di dalam penelitian ekologi seringkali seseorang perlu mendapatkan informasi besarnya populasi makhluk hidup di alam, baik di laboratorium, di lapangan seperti : hutan, pantai, rawa, dan sungai. Kerapkali pertanyaan pertama pertama yang harus dicari jawabannya ialah tentang beberapa kerapatan populasi, yaitu cacah individu di dalam satuan luas atau volume tertentu, atau cacah individu seluruh jenis populasi itu.
Tidak mungkin bagi kita untuk menghitung setiap individu yang terdapat di alam suatu populasi ataupun di dalam suatu komunitas. Dalam mempelajari populasi ataupun komunitas, biasanya dilakukan dengan cara mengambil sampel (contoh) atau sebagian kecil individu dari populasi atau komunitas tersebut, barulah dapat ditarik suatu kesimpulan tentang populasi atau tentang komunitas yang sedang dipelajari. Dalam penarikan contoh (sampling) harus menggunakan metode sampling yang tepat, sebab bila tidak hasil yang akan diperoleh akan bias (Heddy. 1986).
Tidak semua spesies hewan kelimpahan atau kerapatannya dapat ditentukan dengan metode pencacahan atau pencuplikan. Salah satu cara lain, khususnya yang digunakan terhadap hewan-hewan yang mobilitasnya tinggi ialah Metode-Menangkap-Menandai-Menangkap-Kembali (MMM atau CMR=Capture-Mark-Recapture). Dengan menggunakan metode ini, dapat diperkirakan kelimpahan  populasi hewan. Untuk itu, dilakukanlah percobaan di samping UP2B Universitas Riau, dengan menggunakan metode CMR untuk memperkirakan kelimpahan populasi hewan pada tempat tersebut.
1.2.  TUJUAN
Mahasiswa diharapkan dapat menerapkan metode Menangkap-Menandai-Menangkap Kembali untuk memperkirakan kelimpahan populasi hewan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Populasi diartikan sebagai suatu kumpulan kelompok makhluk yang sama spesies (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik), yang mendiami suatu ruang khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu (Odum. 1996).
Kepadatan populasi satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan dalam dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan pupolasi sangat penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan suatu komunitas dengan komnitas lainnya parameter ini tidak begitu tepat. Untuk itu biasa digunakan kepadatan relatif. Kepadatan relatif dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut. Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase (Soegianto. 1994).
Populasi ditafsirkan sebagai kumpulan kelompok makhluk yang sama jenis (atau kelompok lain yang individunya mampu bertukar informasi genetik) yang mendiami suatu ruangan khusus, yang memiliki berbagai karakteristik yang walaupun paling baik digambarkan secara statistik, unik sebagai milik kelompok dan bukan karakteristik individu dalam kelompok itu (Soegianto. 1994).
Ukuran populasi umumnya bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua pola. Beberapa populasi mempertahankan ukuran poulasi mempertahankan ukuran populasi, yang relatif konstan sedangkan pupolasi lain berfluktasi cukup besar. Perbedaan lingkungan yang pokok adalah suatu eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan populasi grouse itu. Penyelidikan tentang dinamika populasi, pada hakikatnya dengan keseimbangan antara kelahiran dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk memahami pada tersebut di alam (Heddy. 1986).
Tingkat pertumbuhan populasi yaitu sebagai hasil akhir dari kelahiran dan kematian, juga mempengaruhi struktur umur dan populasi Suatu populasi dapat juga ditafsirkan sabagai suatu kelompok yang sama. Suatu populasi dapat pula ditafsirkan sebagai suatu kolompok makhuk yang sama spesiesnya dan mendiami suatu ruang khusus pada waktu yang khusus. Populasi dapat dibagi menjadi deme, atau populasi setempat, kelompok-kelompok yang dapat saling membuahi, satuan kolektif terkecil populasi hewan atau tumbuhan. Populasi memiliki beberapa karakteristik berupa pengukuran statistik yang tidak dapat diterapkan pada individu anggota populasi. Karakteristik dasar populasi adalah besar populasi atau kerapatan (Tarumingkeng. 1994).
Dalam mempelajari kelimpahan suatu spesies di satu lokasi tunggal maka idealnya perlu tahu tentang kondisi fisika kimia, tingkat sumber daya yang dapat diperoleh, daur hidup makhluk itu, pengaruh kompetitor, pemangsa, parasit dan sebagainya.Perbadaan-perbedaan dalam populasi mungkin dapat dikorelasikan dengan cuaca, jenis tanah, cacah predator, dan sebagainya.Suatu populasi dapat dirubah oleh kelahiran, kematian dan migrasi.Suatu nilai ekstrim besarnya populasi dapat mencerminkan tingkat saat terakhir ketika berkurang, waktu yang dilampaui untuk tumbuh kembali dan laju pertumbuhan intrinsik selama waktu tersebut. Suatu nilai ekstrim lain besarnya populasi  juga dapat mecerminkan ketersediaan beberapa sumber daya yang menjadi kendala perluasan populasi lebih lanjut yang dibatasi oleh laju kelahiran, bertambahnya laju kematian atau stimulasi migrasi (Soetjipta. 1993).
Kelimpahan jenis serangga sangat ditentukan oleh aktivitas reproduksinya yang didukung oleh kondisi lingkungan yang sesuai dan tercukupinya kebutuhan sumber makanannya. Kelimpahan dan aktivitas reproduksi serangga di daerah tropik sangat dipengaruhi oleh musim, karena musim berpengaruh terhadap ketersediaan bahan makanan dan kemampuan hidup serangga yang secara langsung dapat mempengaruhi kelimpahan. Setiap ordo serangga mempunyai respon yang berbeda terhadap perubahan musim dan iklim. (Subahar, 2004)
Selain itu, menurut Boror (1954), kelimpahan populasi serangga pada suatu habitat ditentukan oleh adanya keanekaragaman dan kelimpahan sumber pakan maupun sumber daya lain yang tersedia pada habitat tersebut.  Serangga menanggapi sumber daya tersebut dengan cara yang kompleks.  Keadaan pakan yang berfluktuasi secara musiman akan menjadi faktor pembatas bagi keberadaan populasi hewan di suatu tempat oleh adanya kompetisi antar individu.   Bila mana sejumlah organisme bergantung pada sumber yang sama, persaingan akan terjadi. Persaingan demikian dapat terjai antara anggota-anggota spesies yang berbeda (persaingan interspesifik) atau antara anggota spesies yang sama (persaingan intraspesifik). Persaingan dapat terjadi dalam mendapatkan makanan atau ruang. Spesies yang bersaing untuk suatu sumber tertentu tidak perlu saling mengacuhkan. Organisme yang saling mirip cenderung menempati habitat yang sama dan membuat kebutuhan yang sama atas lingkungan serta memodifikasi lingkungan dengan cara yang sama. Persaingan diantara hewan sering kali tidak langsung, karena daya geraknya. Tidaklah umum bagi hewan bersaing untuk sumber yang sama dan melanjutkan permusuhan langsung yang menyebabkan pesaing cedera. Persaingan intraspesifik pada hewan bertambah sering bila populasi berkembang dan rapatannya melebihi tingkat optimal (Michael. P, 1991).
Kerapatan populasi merupakan ukuran populasi dalam hubungannya dengan satuan ruang. Biasanya dinyatakan dengan banyaknya individu atau biomasa populasi persatuan luas atau volume. Untuk mengetahui jumlah individu suatu populasi hewan di suatu tempat tertentu ada berbagai cara penaksiran yang dapat dilakukan. Salah satunya adalah menggunakan metode menangkap-menandai-melepas-menangkap ulang (CMRR). Metode ini umum diterapkan pada jenis-jenis hewan yang mobile (bergerak).
Metode MMM, merupakan metode yang sudah populer digunakan untuk menduga ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat, seperti ikan, burung atau mamalia kecil. Metode ini dikenal ,juga sebagai metode Lincoln-Peterson berdasarkan nama penemunya.
Metode ini pada dasarnya adalah menangkap sejumlah individu dari suatu populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap itu diberi tanda dengan tanda yang mudah dibaca atau diidentikasi, kemudian dilepaskan kembali dalam periode waktu yang pendek (umumnya satu hari). Setelah beberapa hari (satu atau dua minggu), dilakukan pengambilan (penangkapan) kedua terhadap sejumlah individu dari populasi yang sama. Dari penangkapan kedua ini, lalu diidentikasi individu yang bertanda yang berasal dari hasil penangkapan pertama dan individu yang tidak bertanda dari hasil penangkapan kedua.
Adapun cara menandai hewan bermacam-macam, tergantung spesies hewan yang diteliti, habitatnya (daratan, perairan), lama periode pengamatan, dan tujuan studi. Namun, dalam cara apapun yang digunakan, perlu diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut:
1.      Tanda yang digunakan harus mudah dikenali kembali dan tidak ada yang hilang atau rusak selama periode pengamatan.
2.      Tanda yang digunakan tidak mempengaruhi atau mengubah perilaku aktivitas dan peluang hidup.
3.      Setelah diberi penandaan hewan-hewan itu harus dapat berbaur dengan individu-individu lain didalam populasi.
4.      Peluang untuk ditangkap kembali harus sama bagi individu-individu yang bertanda maupun tidak (Anonimus. 2008).
Rumus-rumus perhitungan metode MMM, apabila :
M    : Jumlah individu yang ditandai dan dilepaskan kembali pada periode pencuplikan ke-1
n     : Jumlah total yang bertanda maupun yang tidak bertanda, pada periode pencuplikan ke-2
m    : Jumlah individu bertanda yang tertangkap kembali pada periode penangkapan ke-2
N    : Jumlah individu di alam/ dalam populasi



/BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1.  WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum ini dilakukan pada hari Jumat, tanggal 13 April 2012, dengan lokasi di samping UP2B Universitas Riau.
3.2.  ALAT DAN BAHAN
Alat :
-          Kantong plastik
-          Spidol
-          Termo-higrometer
-          Insectnet
-          Alat tulis

3.3.  CARA KERJA
1)      Sediakan alat penangkap hewan dan alat penanda (misalnya spidol).
2)      Pada pagi hari (periode pencuplikan ke-1) dilakukan penangkapan sejumlah individu. Tandai bagian dorsal dengan spidol berupa bintik kecil, lalu lepaskan. Lakukan penangkapan-penandaan dan pelepasan hewan-hewan itu dengan hati-hati, jangan sampai ada hewan yang terjepit, luka dan mati. Catat jumlah individu yang ditangkap, ditandai dan dilepaskan itu. Catat pula seandainya ada yang mati atau luka akibat perlakuan.
3)      Pada pencuplikan ke-2 (10 menit setelah pencuplikan ke-1) dilakukan lagi penangkapan dengan cara yang serupa seperti pada pencuplikan ke-1. Hitung berapa jumlah individu total yang tertangkap, yang bertanda maupun yang tidak bertanda, lalu lepaskan lagi semuanya.
4)      Isikan semua hasil pencuplikan pada lembar data.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.  HASIL PENGAMATAN
Deskripsi area         : Di samping UP2B, dekat waduk UR. Area tersebut banyak ditumbuhi rerumputan dan pohon akasia.
Suhu                        : 28 °C
Tabel 1. Pencuplikan hewan
No
Lokasi
Jenis hewan
Pencuplikan
N
Var N
1
2
Tanda
Tidak
1
Samping UP2B
Capung Merah
6
0
2
18
72
2
Capung Kuning
6
0
2
18
72
3
Capung Hijau
2
0
2
6
8
4
Capung Raksasa
0
0
1
0
0
5
Jangkrik
2
0
1
4
2,67
6
kupu - kupu
0
0
1
0
0
7
Spesies A
1
0
0
0
0

4.2.  PEMBAHASAN
Berdasarkan praktikum yang dilakukan di lingkungan samping UP2B Universitas Riau, di dapatkan hasil bahwa jenis populasi dengan kelimpahan terendah adalah populasi capung raksasa, kupu-kupu, dan spesies A. Hal ini dapat dilihat pada proses pencuplikan, tidak ditemukan sama sekali jenis capung raksasa dan kupu-kupu, namun pada proses pencuplikan kembali diperoleh 1 capung raksasa dan kupu-kupu.
Menurut Maramis (2005), Besarnya populasi di alam maupun kelimpahan populasi serangga pada suatu habitat ditentukan oleh adanya keanekaragaman dan kelimpahan sumber pakan maupun sumber daya lain yang tersedia pada habitat tersebut. Serangga menanggapi sumber daya tersebut dengan cara yang kompleks. Keadaan pakan yang berfluktuasi secara musiman akan menjadi faktor pembatas bagi keberadaan populasi hewan di suatu tempat oleh adanya kompetisi antar individu. Iklim, curah hujan dan faktor makanan merupakan faktor yang sangat menentukan bagi kelangsungan hidup serangga serta mempunyai pengaruh besar pada laju perkembangan populasi serangga.
Selain itu, hal-hal lain yang perlu diperhatikan adalah waktu pencuplikan. Praktikum dilaksanakan pada pukul 09.00 WIB dengan kondisi suhu cukup tinggi dan kelembapan yang rendah. Perlu diingat bahwa jenis-jenis serangga seperti kupu-kupu dan capung merupakan hewan-hewan yang aktif pada siang hari. Maka kemungkinan sedikitnya jumlah serangga bertanda yang tertangkap kembali pada penangkapan kedua adalah dikarenakan serangga-serangga di lokasi pencuplikan/penangkapan sedang dalam kondisi aktif mencari sumber-sumber makanan ke tempat lain sehingga mobilitasnya sangat tinggi.
Kelimpahan dan aktivitas reproduksi serangga di daerah tropik sangat dipengaruhi oleh musim, karena musim berpengaruh terhadap ketersediaan bahan makanan dan kemampuan hidup serangga yang secara langsung dapat mempengaruhi kelimpahan. Setiap ordo serangga mempunyai respon yang berbeda terhadap perubahan musim dan iklim (Subahar. 2004).






BAB V
PENUTUP
5.1.  KESIMPULAN
Berdasarkan pengamatan yang kami lakukan didapatkan kesimpulan bahwa:
ü  Kelimpahan atau kerapatan populasi hewan dapat ditentukan dengan metode pencacahan atau pencuplikan
ü  Salah satu metode yang digunakan untuk memperkirakan kelimpahan populasi hewan yang mobilitasnya tinggi adalah dengan Metode-Menangkap-Menandai-Menangkap-Kembali (MMM atau CMR=Capture-Mark-Recapture) yang ditemukan oleh Peterson dan Lincoln.
ü  Serangga yang diperoleh pada metode ini adalah capung merah,capung kuning, capung hijau, capung raksasa, jangkrik, kupu-kupu dan spesies A.
ü  Umumnya nilai kelimpahan populasi serangga dan mobilitas serangga di lokasi penangkapan belakang UP2B memiliki nilai yang besar karena sedikit sekali serangga yang ditandai yang dapat tertangkap kembali pada penangkapan kedua.
ü  Sulitnya menangkap kembali serangga yang telah ditandai pada penangkapan kedua karena serangga sedang berada pada kondisi aktifnya.
ü  Kelimpahan populasi serangga ditentukan oleh daya reproduksinya, kelimpahan sumber pakan dan faktor-faktor lingkungan seperti iklim dan suhu.
5.2.  SARAN
Dalam melakukan percobahan, hendaknya diperhatikan waktu pencuplikannya, sehingga kita dapat mengetahui berapa besar kerapatan atau kelimpahan populasi dengan tepat.




DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2008. Menaksir Kelimpahan Populasi Dengan Metode Menangkap-Menandai-Menangkap Kembali (MMM). www.indonesianbiodiversity.com. Diakses pada 18 April 2012.
Heddy, Suwasono. 1986. Pengantar Ekologi. CV Rajawali.Jakarta.
Maramis, Redsway. 2005. Kontribusi dari Berbagai Spesies Parasitoid Generalis yang Berasal dari Serangga Inang Erionota thrax (L.)(Lepidoptera : Hesperiidae) pada Habitatnya. Departemen Biologi ITB. Bandung.
Michael P. 1991. MetodeEekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. UI Press. Jakarta.
Odum, E. P. 1996. Dasar – Dasar Ekologi. Terjemahan oleh T. Samingan. Gadjah Mada Press. Yogyakarta
Soegianto, Agoes. 1994Ekologi Kuantitatif. Penerbit Usaha Nasional. Surabaya.
Soetjipta. 1993. Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Yogyakarta
Tarumingkeng, R. C. 1994Dinamika Populasi Kajian Ekologi KuantitatifPustaka Sinar Harapan. Jakarta.
Subahar, T. 2004. Keanekaragaman Serangga pada Bentang Alam yang Berbeda di Kawasan Gunung Tangkuban Parahu. Konferensi Nasional Konservasi Serangga, Bogor 2007

2 komentar:

my signature