Jumat, 15 Juni 2012

Pencernaan


PENCERNAAN
PENDAHULUAN
A.      TEORI DASAR
Karbohidrat merupakan bahan yang sangat diperlukan tubuh manusia, hewan, dan tumbuhan disamping lemak dan protein. Karbohidrat dalam tubuh manusia dan hewan dibentuk dari beberapa asam amino, gliserol lemak, dan sebagian besar diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan . karbohidrat dalam sel tubuh disimpan dalam hati dan jaringan otot dalam bentuk glikogen.
Semua jenis karbohidrat, baik monosakarida, disakarida, maupun polisakarida, akan berwarna merah-ungu bila larutannya dicampur beberapa tetes larutan α-naftol dalam alkohol dan ditambahkan asam sulfat pekat, sehingga tidak bercampur. Warna ungu akan tampak pada bidang batas antara kedua cairan. Sifat ini dipakai sebagai dasar uji kualitatif adanya karbohidrat dalam suatu bahan dan dikenal dengan uji molish.
Amilum dengan air dingin akan membentuk suspensi dan bila dipanaskan akan terbentuk pembesaran berupa pasta dan bila didinginkan akan membentuk koloid yang kental semacam gel. Suspensi amilum akan memberi warna biru dengan larutan iodium. Hal ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya amilum dalam suatu bahan.(Yazid, dkk. 2006)
Ø  Pereaksi Fehling
Pereaksi fehling dapat direduksi selain oleh karbohidrat yang mempunyai sifat mereduksi, juga dapat direduksi oleh reduktor lain. Pereaksi fehling terdiri atas dua larutan, yaitu larutan Fehling A dan larutan Fehling B. Larutan Fehling A adalah larutan CuSO4 dalam air, sedangkan larutan Fehling B adalah larutan garam Kna tartarat dan NaOH dalam air. Kedua macam larutan ini disimpan terpisah dan baru dicampur menjelang digunakan untuk memeriksa suatu karbohidrat. Dalam pereaksi ini, ion Cu++ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu2O.
Dalam larutan glukosa 1%, pereaksi fehling menghasilkan endapan warnna merah bata, sedangkan apabila digunakan larutan yang lebih encer misalnya larutan glukosa 0,1%, endapan yang terjadi berwarna hijau kekuningan. (Poedjiadi, dkk. 1994)
Ø  Uji Biuret
Biuret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang terbentuk pada pemanasan dua molekul urea.
NH2                 NH2                                           O              O
     C=O    +   C=O                       H2N – C – NH – C - NH2  + NH3
NH2                      NH2                                        Biuret
       2 mol urea
Ion Cu2+ (dari pereaksi biuret) dalam suasana basa akan bereaksi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu (violet). Reaksi biuret positif terhadap dua buah ikatan peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas atau dipeptida. Reaksi pun positif terhadap senyawa-senyawa yang mengandung dua gugus : -CH2NH2, -CSNH2, -C(NH)NH2, dan –CONH2. (Yazid, dkk. 2006)
Ø Uji Xanthoprotein
Reaksi pada uji xanthoprotein didasarkan pada nitrasi inti benzena yang terdapat pada molekul protein. Jika protein yang mengandung cincin benzena (tirosin, triptofan, dan fenilalanin) ditambahkan asam nitrat pekat, maka akan terbentuk endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan. Senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan terionisasi dan warnanya berubah menjadi jingga. (Yazid, dkk. 2006)
B.       TUJUAN
I.          Judul   : Percobaan dengan Reagen Benedict/Fehling A+Fehling B
Tujuan : Menguji adanya karbohidrat (monosakarida dan disakarida) yang mampu mereduksi Cu++ dengan membentuk endapan merah bata.
II.       Judul   : Percobaan dengan Lugol
Tujuan :Menguji adanya karbohidrat dengan memanfaatkan sifat iod yang mampu membentuk warna biru kehitaman bila berikatan dengan karbohidrat.
III.    Judul   : Percobaan Biuret
Tujuan : Menguji adanya protein (ikatan peptida) dengan terbentuknya kompleks Cu++ dengan gugus –CONH2 dari rantai peptida.
IV.    Judul   : Percobaan Xanthoprotein
Tujuan : Menguji adanya protein yang spesifik mengandung gugus cincin phenil (-C6H5).
V.       Judul   : Test Bahan Makanan
Tujuan : Menguji ada tidaknya kandungan karbohidrat dan protein pada jenis makanan tertentu.



ALAT DAN BAHAN & CARA KERJA
A.      ALAT DAN BAHAN
Percobaan I: Percobaan dengan Reagen Benedict/Fehling A+Fehling B
v  Reagen
v  Larutan Glukosa 5%
v  Larutan Fruktosa 5%
v  Larutan Laktosa 5%
v  Larutan Maltosa 5%
v  Tabung Reaksi
v  Pipet Tetes
v  Water Bath
Percobaan II: Percobaan dengan Lugol
v  Larutan Lugol
v  Larutan Ailum
v  Pipet Tetes
v  Tabung Reaksi
v  Water Bath
Percobaan III: Percobaan Biuret
v  Larutan Biuret
v  Larutan Albumen (putih telur)
v  Tabung Reaksi
v  Pipet Tetes
Percobaan IV: Percobaan Xanthoprotein
v  Larutan Albumen (putih telur)
v  Larutan HNO3 pekat
v  Larutan NaOH 30%
v  Tabung Reaksi
v  Water Bath
Percobaan IV: Test Bahan Makanan
v Bahan makanan : tahu, tempe, pisang ranum, pisang mentah, roti, mie, telur
v Larutan Benedict
v Larutan Lugol
v Larutan Biuret → CuSO4, NaOH
v Larutan NaOH 30%
v Larutan HNO3 pekat
v Tabung Reaksi
v Pipet Tetes
v Water Bath
v Lampu Spritus

B.       CARA KERJA
Percobaan I: Percobaan dengan Reagen Benedict/Fehling A+Fehling B
ü  Diambil 4 buah tabung reaksi dan diberi nomor pada setiap tabung
ü  Dimasukkan masing-masing ke dalam tabung reaksi reagen fehling A dan fehling B sebanyak 5 ml.
ü  Ke dalam tabung pertama, dimasukkan 0,5 ml larutan glukosa 5%
ü  Ke dalam tabung kedua, dimasukkan 0,5 ml larutan fruktosa 5%
ü  Ke dalam tabung ketiga, dimasukkan 0,5 ml larutan laktosa 5%
ü  Ke dalam tabung keempat, dimasukkan 0,5 ml larutan maltosa 5%
ü  Dipanaskan keempat tabung tersebut, lalu didinginkan.
ü  Diamati perubahan yang terjadi pada masing-masing tabung reaksi
Percobaan II: Percobaan dengan Lugol
ü Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 5 ml larutan albumen (putih telur)
ü Ditambahkan tiga tetes larutan lugol
ü Dicatat perubahan yang terjadi dalam tabung reaksi
ü Dipanaskan tabung tersebut, kemudian dibiarkan sampai dingin
ü Diamati perubahan yang terjadi
Percobaan III: Percobaan Biuret
ü Kedalam tabung reaksi dimasukkan 1 ml larutan albumen (putih telur)
ü Ditambahkan setetes demi setetes larutan biuret sambbil dikocok hingga tercapai warna maksimum
ü Dicatat perubahan warna yang diperoleh.
Percobaan IV: Percobaan Xanthoprotein
ü Kedalam tabung reaksi dimasukkan 1 ml larutan albumen (putih telur)
ü Ditambahkan 0,5 ml larutan HNO3 pekat
ü Dicatat perubahan yang terjadi
ü Dipanaskan hingga terbentuk larutan bening
ü Didinginkan tabung, lalu ditambahkan sedikit demi sedikit larutan NaOH 30% hingga suasana menjadi netral
ü Dicatat warna larutan sebelum dan sesudah neutralisasi dengan larutan NaOH.
Percobaan V: Test Bahan Makanan
Ø Uji Benedict / Fehling A dan Fehling B
ü Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 5 ml reagen Fehling A + Fehling B
ü Ditambahkan 0,5 larutan hasil penggerusan bahan makanan
ü Dipanaskan tabung selama 5 menit, kemudian didinginkan
ü Diamati perubahan warna yang terjadi. (apabila larutan menjadi berwarna kuning kehijauan dan terbentuk endapan merah bata, berarti bahan makanan tersebut mengandung gula/karbohidrat).
Ø Uji Lugol
ü Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 5 ml larutan hasil penggerusan bahan makanan
ü Ditambahkan 2 tetes larutan lugol
ü Diamati perubahan yang terjadi. (apabila larutan berubah menjadi hitam atau kebiruan, maka bahan makanan yang diuji mengandung karbohidrat)
Ø Uji Biuret
ü Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 1 ml larutan hasil penggerusan bahan makanan
ü Ditambahkan setetes demi setetess larutan biuret sambil dikocok hingga mencapai warna maksimum
ü Diamati perubahan warna yang terjadi
Ø Uji Xanthoprotein
ü Ke dalam tabung reaksi dimasukkan 1 ml larutan hasil penggerusan bahan makanan
ü Ditambahkan 0,5 ml larutan asam nitrat (HNO3) pekat
ü Dipanaskan sampai mendidih dan larutan menjadi bening
ü Didinginkan dan ditambah ke dalam tabung setetes demi setetes larutan NaOH 30% hingga suasana menjadi netral
ü Dicatat perubahan warna yang terjadi setelah penambahan larutan asam nitrat, sesudah pemanasan, sebelum dan sesudah netralisasi dengan NaOH.



HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A.  HASIL PENGAMATAN
Percobaan I: Percobaan dengan Reagen Benedict/Fehling A+Fehling B
Jenis Larutan
Perubahan Warna
Sebelum
Sesudah
Larutan Glukosa 5%
Biru Bening
Merah bata,  ada endapan
Larutan Fruktosa 5%
Kuning, ada endapan
Merah bata, ada endapan
Larutan Laktosa 5%
Biru kuat
Merah bata, agak kecoklatan, ada endapan
Larutan Maltosa 5%
Bening keruh
Merah bata, ada endapan

Percobaan II: Percobaan dengan Lugol
Jenis Larutan
Perubahan Warna
   
Sebelum
Sesudah dipanaskan
Sesudah didinginkan
Larutan Amilum
Biru kehitaman
Kuning agak bening
Biru kehitaman

Percobaan III: Percobaan Biuret
Jenis Larutan
Perubahan Warna
Sebelum
Sesudah
Larutan Albumen (putih telur)
Biru
Ungu (hasil positif/+)

Percobaan IV: Percobaan Xanthoprotein
Jenis larutan
Perubahan Warna
Larutan HNO3
Sesudah dipanaskan
Sesudah didinginkan ditetesi Larutan NaOH 30%
Sebelum
Sesudah
Larutan Albumen (putih telur)
Berwarna putih
Terjadi penggumpalan berwarna putih
Berwarna kuning
Warna merah kehitaman (jingga), terjadi penggumpalan

Percobaan V: Test Bahan Makanan
Bahan Makanan
Karbohidrat
Protein
Uji Benedict
(Fehling A+B)
Uji Lugol
Uji Biuret
Uji Xanthoprotein
Tahu
-
-
+++
++
Tempe
-
-
+++
++
Pisang masak
++
+
-
-
Pisang mentah
+
++
-
-
Mie
+++
+++
+
-
Roti
+++
+++
+
-
Putih Telur
-
-
++
+++

            Keterangan :
+++ : sangat kuat
++   : kuat
+     : ada perubahan
-            : tidak ada perubahan

B.  PEMBAHASAN
ü Percobaan I: Percobaan dengan Reagen Benedict/Fehling A+Fehling B
Berdasarkan hasil pengamatan pada larutan glukosa 5%, fruktosa 5%, laktosa 5%, dan maltosa 5% dengan ditetesi reagen fehling A+B dan dipanaskan, dapat diketahui bahwa keempat larutan tersebut mengandung gula.  Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya perubahan warna pada larutan setelah dipanaskan dan terjadinya endapan.
Pada larutan glukosa yang ditetesi dengan reagen fehling A+B yang kemudian dipanaskan, terjadi perubahan warna, yaitu warna awal sebelum dipanaskan adalah biru bening, dan setelah ditetesi dengan reagen fehling A+B yang kemudian dipanaskan menjadi berwarna merah bata dan ada endapan.
Begitu juga pada larutan fruktosa 5% yang ditetesi dengan reagen fehling A+B yang kemudian dipanaskan, terjadi perubahan warna, yaitu warna awal sebelum dipanaskan adalah kuning, dengan endapan di bawahnya, dan setelah ditetesi dengan reagen fehling A+B yang kemudian dipanaskan menjadi berwarna merah bata dengan ada endapan.
Pada larutan laktosa 5% yang ditetesi dengan reagen fehling A+B yang kemudian dipanaskan, terjadi perubahan warna, yaitu warna awal sebelum dipanaskan adalah biru kuat, dan setelah ditetesi dengan reagen fehling A+B yang kemudian dipanaskan menjadi berwarna merah bata dengan ada endapan.
Sama halnya pada larutan maltosa 5% yang ditetesi dengan reagen fehling A+B yang kemudian dipanaskan, terjadi perubahan warna, yaitu warna awal sebelum dipanaskan adalah bening keruh, dengan endapan di bawahnya, dan setelah ditetesi dengan reagen fehling A+B yang kemudian dipanaskan menjadi berwarna merah bata dengan ada endapan.
Hal ini dapat terjadi karena glukosa, fruktosa, laktosa, dan maltosa memiliki gugus aldehid yang bebas sehingga dapat mereduksi ion-ion tembaga (Cu) yang terdapat pada larutan fehling menjadi Cu2O yang berwarna merah bata atau oranye.
Pemanasan dalam reaksi ini bertujuan agar gugus aldehida pada sampel terbongkar ikatannya dan dapat bereaksi dengan ion OH- membentuk asam karboksilat. Cu2O (endapan merah bata) yang terbentuk merupakan hasil sampingan dari reaksi pembentukan asam karboksilat.
ü Percobaan II: Percobaan dengan Lugol
Berdasarkan hasil pengamatan pada larutan amilum yang ditetesi dengan lugol dan kemudian dipanaskan, terjadi perubahan warna yaitu sebelum dipanaskan berwarna biru kehitaman, dan setelah dipanaskan berwarna kuning agak bening, dan setelah didinginkan kembali berwarna biru kehitaman. Hal ini membuktikan bahwa larutan amilum mengandung amilum. Semakin pekat perubahan warna (semakin menghitam) pada bahan makanan yang ditetesi lugol, berarti makanan tersebut banyak kandungan karbohidrat(amilum)nya.
ü Percobaan III: Percobaan Biuret
Pada percobaan larutan albumen yang dalam hal ini diambil pada putih telur yang kemudian ditetesi dengan biuret dan dikocok hingga mencapai warna maksimum, didapatkan hasil bahwa sebelum ditetesi dengan biuret, warna larutan adalah biru, dan setelah ditetesi dengan biuret yang kemudian dikocok, didapatkan hasil positif dengan warna ungu. Hal ini menunjukkan bahwa larutan albumen (putih telur) mengandung protein. Warna ungu yang terbentuk adalah senyawa biuret. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa albumin (putih telur) memiliki paling sedikit dua ikatan peptida. Ion Cu2+ (yang dihasilkan dari CU2SO4) dari pereaksi Biuret dalam suasana basa akan berekasi dengan polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna ungu atau violet.
ü Percobaan IV: Percobaan Xanthoprotein
Untuk pengamatan pada larutan albumen (putih telur) yang ditambah dengan larutan HNO3, terjadi penggumpalan berwarna putih dan ketika dipanaskan berubah menjadi berwarna kuning. Namun setelah didinginkan dan ditetesi dengan larutan NaOH 30%, larutan berubah warna menjadi merah kehitaman (jingga) dan terdapat pengendapan/penggumpalan. Hal ini terjadi karena senyawa nitro yang terbetuk dalam suasana basa oleh NaOH akan terionisasi sehingga warna berugah menjadi merah kehitaman (jingga).
ü Percobaan V: Test Bahan Makanan
Pada praktikum uji bahan makanan, didapatkan hasil bahwa dalam satu bahan makanan memiliki kandungan nutrisi yang berbeda-beda. Hal ini dapat dilakukan dengan pengujian bahan makanan dengan beberapa reagen yaitu fehling A+B untuk menguji kandungan gula, lugol untuk menguji kandungan amilum, biuret dan xanthoprotein untuk menguji kandungan protein.
Sebelum bahan makanan tersebut diuji, dilakukan dulu penggerusan bahan makanan, sehingga makann tersebut tidak lagi berbentuk padat. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pencampuran antara bahan makanan dan reagen.
Pada pengujian dengan fehling A+B, larutan bahan makanan akan dinyatakan positif mengandung gula jika terjadi perubahan warna yaitu kuning kehijauan atau merah bata dengan terbentuknya endapan. Semakin merah bata suatu larutan bahan makanan, maka semakin banyak kandungan gula yang terdapat dalam bahan makanan tersebut. Pada praktikum kali ini, bahan makanan yang perubahan warnanya menjadi merah bata dan adanya endapan adalah mie dan roti. Ini menunjukkan bahwa kedua bahan makanan ini mengandung kadar gula yang tinggi. Sedangkan pada pisang masak, perubahan warnanya belum maksimum mencapai merah bata, ini berarti pisang tersebut belum cukup matang, sehingga kadar gulanya belum begitu banyak. Sedikit berbeda dengan pisang mentah, perubahan warna yang terjadi adalah kuning kehijauan. Ini menunjukkan bahwa kadar gula yang terdapat pada pisang mentah tersebut sangat sedikit. Namun, berbeda halnya dengan tahu, tempe, dan putih telur. Ketiga bahan makanan ini tidak mengandung gula. Ini dapat dibuktikan dengan perubahan warnanya yaitu ungu sampai ungu kehitaman.
Pada pengujian dengan lugol, larutan bahan makanan akan dinyatakan positif mengandung amilum jika terjadi perubahan warna menjadi biru kehitaman. Pada pengamatan kali ini, dapat diketahui bahwa mie, telur, pisang masak, dan pisang mentah mengandung amilum. Namun, kadar amilum yang terkandung dalam bahan makanan tersebut berbeda-beda. Hal ini dapat dibuktikan dengan perubahan warna yang terjadi. Semakin pekat perubahan warna (semakin menghitam) pada bahan makanan yang ditetesi lugol, berarti makanan tersebut banyak kandungan karbohidrat(amilum)nya. Pada tahu, tempe, dan putih telur, juga tidak mengandung amilum. Hal ini dibuktikan dengan perubahan warnanya yaitu putih kekuningan.
Pada pengujian dengan biuret, larutan bahan makanan akan dinyatakan positif mengandung protein dengan adanya molekul-molekul peptida jika terjadi perubahan berwarna ungu/violet. Pada tahu dan tempe mengandung kadar protein yang sangat banyak. Hal ini dapat dibuktikan pada perubahan warnanya menjadi ungu pekat. Pada mie, roti, dan putih telur juga mengandung protein. Namun, kadar protein  yang dimiliki tidak setinggi kadar protein pada tahu dan tempe. Hal ini dapat dilihat pada perubahan warna pada larutan bahan makanan mie, roti, dan putih telur tidak  berwarna ungu pekat.
Untuk pengujian dengan xanthoprotein, larutan bahan makanan akan dinyatakan positif mengandung protein jika terjadi peubahan warna menjadi jingga dan terdapat cincin benzena yang berwarna merah muda. Ini dapat dilihat pada putih telur. Pada putih telur yang di tetesi dengan larutan HNO3 pekat akan terbentuk endapan berwarna putih, namun setelah dipanaskan akan berubah menjadi berwarna kuning, dan setelah didinginkan yang kemudian ditetesi dengan larutan NaOH 30% berubah warna menjadi merah kehitaman/jingga. Hal ini terjadi karena senyawa nitro yang terbentuk dalam suasana basa terionisasi sehingga warna berubah menjadi jingga. Pada tahu dan tempe juga mengandung protein, namun tidak terdapat cincin benzena. Sedangkan pada pisang masak, pisang mentah, mie, dan roti tidak terjadi perubahan warna menjadi jingga dan juga tidak terbentuk cincin benzena. Hal ini membuktikan bahwa mie, roti, pisang masak, dan pisang mentah tidak mengandung asam amino.



KESIMPULAN

            Berdasarkan pengamatan yang dilakukan untuk menguji kandungan beberapa bahan makanan dengan beberapa reagen, dapat disimpulkan bahwa:
ü Kandungan bahan makanan dapat diketahui dengan uji bahan makanan dengan menggunakan berbagai reagen.
ü Untuk pengujian kandungan nutrisi bahan makanan, sebaiknya bahan makanan tersebut digerus dahulu dan dijadikan larutan.
ü Untuk melakukan pengujian amilum, dapat menggunakan larutan lugol. Apabila larutan bahan makanan yang ditetesi lugol berubah warna menjadi biru kehitaman, berarti bahan makanan tersebut mengandung amilum.
ü Untuk pengujian kandungan gula pada bahan makanan dapat pula dilakukan dengan menetesi bahan makanan yang sudah digerus dengan reagen fehling A+B. Apabila larutan bahan makanan tersebut berubah warna menjadi hijau kekuningan dan terdapat endapan merah mata, maka larutan bahan makanan tersebut mengandung gula.
ü Sedangkan untuk pengujian bahan makanan yang mengandung protein, dapat dilakukan dengan uji biuret. Apabbila larutan bahan makanan berubah warna menjadi ungu, maka bahan makanan tersebut positif mengandung protein.
ü Selain itu, pengujian bahan makanan yang mengandung protein dapat pula dilakukan uji xanthoprotein. Apabila larutan bahan makanan berubah warna menjadi kuning atau jingga dan adanya gumpalan, maka makanan tersebut mengandung protein.
ü Contoh bahan makanan yang mengandung gula adalah pisang masak, pisang mentah, mie, dan roti.
ü Contoh bahan makanan yang mengandung amilum adalah pisang masak, pisang mentah, mie, dan roti.
ü Sedangkan contoh bahan makanan yang mengandung protein adalah tahu, tempe, mie, roti, dan putih telur.

DAFTAR PUSTAKA
Poedjiadi, Anna., Suppriyanti, F.M.T., 1994. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta
Yazid, E., Nursanti, L., 2006. Penuntun Praktikum Biokimia untuk Mahasiswa Analisis. Penerbit ANDI. Yogyakarta
Yustina,. Ahmad, D., 2007. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan. Laboratorium Biologi FKIP. Universitas Riau

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

my signature