PENCERNAAN
PENDAHULUAN
A.
TEORI
DASAR
Karbohidrat merupakan
bahan yang sangat diperlukan tubuh manusia, hewan, dan tumbuhan disamping lemak
dan protein. Karbohidrat dalam tubuh manusia dan hewan dibentuk dari beberapa
asam amino, gliserol lemak, dan sebagian besar diperoleh dari makanan yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan . karbohidrat dalam sel tubuh disimpan dalam hati
dan jaringan otot dalam bentuk glikogen.
Semua jenis
karbohidrat, baik monosakarida, disakarida, maupun polisakarida, akan berwarna
merah-ungu bila larutannya dicampur beberapa tetes larutan α-naftol dalam
alkohol dan ditambahkan asam sulfat pekat, sehingga tidak bercampur. Warna ungu
akan tampak pada bidang batas antara kedua cairan. Sifat ini dipakai sebagai
dasar uji kualitatif adanya karbohidrat dalam suatu bahan dan dikenal dengan
uji molish.
Amilum dengan air
dingin akan membentuk suspensi dan bila dipanaskan akan terbentuk pembesaran
berupa pasta dan bila didinginkan akan membentuk koloid yang kental semacam
gel. Suspensi amilum akan memberi warna biru dengan larutan iodium. Hal ini
dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya amilum dalam suatu bahan.(Yazid, dkk. 2006)
Ø Pereaksi Fehling
Pereaksi fehling
dapat direduksi selain oleh karbohidrat yang mempunyai sifat mereduksi, juga
dapat direduksi oleh reduktor lain. Pereaksi fehling terdiri atas dua larutan,
yaitu larutan Fehling A dan larutan Fehling B. Larutan Fehling A adalah larutan
CuSO4 dalam air, sedangkan larutan Fehling B adalah larutan garam Kna
tartarat dan NaOH dalam air. Kedua macam larutan ini disimpan terpisah dan baru
dicampur menjelang digunakan untuk memeriksa suatu karbohidrat. Dalam pereaksi
ini, ion Cu++ direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam
suasana basa akan diendapkan sebagai Cu2O.
Dalam larutan glukosa
1%, pereaksi fehling menghasilkan endapan warnna merah bata, sedangkan apabila
digunakan larutan yang lebih encer misalnya larutan glukosa 0,1%, endapan yang
terjadi berwarna hijau kekuningan. (Poedjiadi,
dkk. 1994)
Ø Uji Biuret
Biuret adalah senyawa dengan dua ikatan peptida yang
terbentuk pada pemanasan dua molekul urea.
NH2 NH2 O O
C=O + C=O H2N
– C – NH – C - NH2 + NH3
NH2 NH2 Biuret
2 mol urea
Ion
Cu2+ (dari pereaksi biuret) dalam suasana basa akan bereaksi dengan
polipeptida atau ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein membentuk senyawa
kompleks berwarna ungu (violet). Reaksi biuret positif terhadap dua buah ikatan
peptida atau lebih, tetapi negatif untuk asam amino bebas atau dipeptida.
Reaksi pun positif terhadap senyawa-senyawa yang mengandung dua gugus : -CH2NH2,
-CSNH2, -C(NH)NH2, dan –CONH2. (Yazid, dkk. 2006)
Ø Uji Xanthoprotein
Reaksi
pada uji xanthoprotein didasarkan pada nitrasi inti benzena yang terdapat pada
molekul protein. Jika protein yang mengandung cincin benzena (tirosin,
triptofan, dan fenilalanin) ditambahkan asam nitrat pekat, maka akan terbentuk
endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning sewaktu dipanaskan. Senyawa
nitro yang terbentuk dalam suasana basa akan terionisasi dan warnanya berubah
menjadi jingga. (Yazid, dkk. 2006)
B.
TUJUAN
I.
Judul :
Percobaan dengan Reagen Benedict/Fehling A+Fehling B
Tujuan :
Menguji adanya karbohidrat (monosakarida dan disakarida) yang mampu mereduksi
Cu++ dengan membentuk endapan merah bata.
II.
Judul :
Percobaan dengan Lugol
Tujuan :Menguji adanya
karbohidrat dengan memanfaatkan sifat iod yang mampu membentuk warna biru
kehitaman bila berikatan dengan karbohidrat.
III. Judul : Percobaan Biuret
Tujuan : Menguji adanya protein (ikatan peptida)
dengan terbentuknya kompleks Cu++ dengan gugus –CONH2
dari rantai peptida.
IV. Judul : Percobaan Xanthoprotein
Tujuan : Menguji adanya protein yang spesifik
mengandung gugus cincin phenil (-C6H5).
V. Judul : Test Bahan Makanan
Tujuan : Menguji ada
tidaknya kandungan karbohidrat dan protein pada jenis makanan tertentu.
ALAT DAN BAHAN & CARA KERJA
A.
ALAT
DAN BAHAN
Percobaan
I: Percobaan dengan Reagen Benedict/Fehling A+Fehling B
v Reagen
v Larutan
Glukosa 5%
v Larutan
Fruktosa 5%
v Larutan
Laktosa 5%
v Larutan
Maltosa 5%
v Tabung
Reaksi
v Pipet
Tetes
v Water
Bath
Percobaan II: Percobaan dengan Lugol
v Larutan
Lugol
v Larutan
Ailum
v Pipet
Tetes
v Tabung
Reaksi
v Water
Bath
Percobaan
III: Percobaan Biuret
v Larutan
Biuret
v Larutan
Albumen (putih telur)
v Tabung
Reaksi
v Pipet
Tetes
Percobaan
IV: Percobaan Xanthoprotein
v Larutan
Albumen (putih telur)
v Larutan
HNO3 pekat
v Larutan
NaOH 30%
v Tabung
Reaksi
v Water
Bath
Percobaan
IV: Test Bahan Makanan
v Bahan
makanan : tahu, tempe, pisang ranum, pisang mentah, roti, mie, telur
v Larutan
Benedict
v Larutan
Lugol
v Larutan
Biuret → CuSO4, NaOH
v Larutan
NaOH 30%
v Larutan
HNO3 pekat
v Tabung
Reaksi
v Pipet
Tetes
v Water
Bath
v Lampu
Spritus
B.
CARA
KERJA
Percobaan
I: Percobaan dengan Reagen Benedict/Fehling A+Fehling B
ü Diambil
4 buah tabung reaksi dan diberi nomor pada setiap tabung
ü Dimasukkan
masing-masing ke dalam tabung reaksi reagen fehling A dan fehling B sebanyak 5
ml.
ü Ke
dalam tabung pertama, dimasukkan 0,5 ml larutan glukosa 5%
ü Ke
dalam tabung kedua, dimasukkan 0,5 ml larutan fruktosa 5%
ü Ke
dalam tabung ketiga, dimasukkan 0,5 ml larutan laktosa 5%
ü Ke
dalam tabung keempat, dimasukkan 0,5 ml larutan maltosa 5%
ü Dipanaskan
keempat tabung tersebut, lalu didinginkan.
ü Diamati
perubahan yang terjadi pada masing-masing tabung reaksi
Percobaan
II: Percobaan dengan Lugol
ü Ke
dalam tabung reaksi dimasukkan 5 ml larutan albumen (putih telur)
ü Ditambahkan
tiga tetes larutan lugol
ü Dicatat
perubahan yang terjadi dalam tabung reaksi
ü Dipanaskan
tabung tersebut, kemudian dibiarkan sampai dingin
ü Diamati
perubahan yang terjadi
Percobaan
III: Percobaan Biuret
ü Kedalam
tabung reaksi dimasukkan 1 ml larutan albumen (putih telur)
ü Ditambahkan
setetes demi setetes larutan biuret sambbil dikocok hingga tercapai warna
maksimum
ü Dicatat
perubahan warna yang diperoleh.
Percobaan IV: Percobaan Xanthoprotein
ü Kedalam
tabung reaksi dimasukkan 1 ml larutan albumen (putih telur)
ü Ditambahkan
0,5 ml larutan HNO3 pekat
ü Dicatat
perubahan yang terjadi
ü Dipanaskan
hingga terbentuk larutan bening
ü Didinginkan
tabung, lalu ditambahkan sedikit demi sedikit larutan NaOH 30% hingga suasana
menjadi netral
ü Dicatat
warna larutan sebelum dan sesudah neutralisasi dengan larutan NaOH.
Percobaan
V: Test Bahan Makanan
Ø Uji Benedict / Fehling A dan Fehling B
ü Ke
dalam tabung reaksi dimasukkan 5 ml reagen Fehling A + Fehling B
ü Ditambahkan
0,5 larutan hasil penggerusan bahan makanan
ü Dipanaskan
tabung selama 5 menit, kemudian didinginkan
ü Diamati
perubahan warna yang terjadi. (apabila larutan menjadi berwarna kuning
kehijauan dan terbentuk endapan merah bata, berarti bahan makanan tersebut
mengandung gula/karbohidrat).
Ø Uji Lugol
ü Ke
dalam tabung reaksi dimasukkan 5 ml larutan hasil penggerusan bahan makanan
ü Ditambahkan
2 tetes larutan lugol
ü Diamati
perubahan yang terjadi. (apabila larutan berubah menjadi hitam atau kebiruan,
maka bahan makanan yang diuji mengandung karbohidrat)
Ø Uji Biuret
ü Ke
dalam tabung reaksi dimasukkan 1 ml larutan hasil penggerusan bahan makanan
ü Ditambahkan
setetes demi setetess larutan biuret sambil dikocok hingga mencapai warna
maksimum
ü Diamati
perubahan warna yang terjadi
Ø Uji Xanthoprotein
ü Ke
dalam tabung reaksi dimasukkan 1 ml larutan hasil penggerusan bahan makanan
ü Ditambahkan
0,5 ml larutan asam nitrat (HNO3) pekat
ü Dipanaskan
sampai mendidih dan larutan menjadi bening
ü Didinginkan
dan ditambah ke dalam tabung setetes demi setetes larutan NaOH 30% hingga
suasana menjadi netral
ü Dicatat
perubahan warna yang terjadi setelah penambahan larutan asam nitrat, sesudah
pemanasan, sebelum dan sesudah netralisasi dengan NaOH.
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENGAMATAN
Percobaan
I: Percobaan dengan Reagen Benedict/Fehling A+Fehling B
Jenis
Larutan
|
Perubahan
Warna
|
|
Sebelum
|
Sesudah
|
|
Larutan Glukosa 5%
|
Biru Bening
|
Merah bata, ada endapan
|
Larutan Fruktosa 5%
|
Kuning, ada endapan
|
Merah bata, ada endapan
|
Larutan Laktosa 5%
|
Biru kuat
|
Merah bata, agak kecoklatan, ada
endapan
|
Larutan Maltosa 5%
|
Bening keruh
|
Merah bata, ada endapan
|
Percobaan
II: Percobaan dengan Lugol
Jenis
Larutan
|
Perubahan
Warna
|
||
Sebelum
|
Sesudah
dipanaskan
|
Sesudah
didinginkan
|
|
Larutan Amilum
|
Biru kehitaman
|
Kuning agak bening
|
Biru kehitaman
|
Percobaan
III: Percobaan Biuret
Jenis
Larutan
|
Perubahan
Warna
|
|
Sebelum
|
Sesudah
|
|
Larutan Albumen (putih telur)
|
Biru
|
Ungu (hasil positif/+)
|
Percobaan
IV: Percobaan Xanthoprotein
Jenis larutan
|
Perubahan Warna
|
|||
Larutan HNO3
|
Sesudah dipanaskan
|
Sesudah didinginkan
ditetesi Larutan NaOH 30%
|
||
Sebelum
|
Sesudah
|
|||
Larutan
Albumen (putih telur)
|
Berwarna putih
|
Terjadi penggumpalan berwarna putih
|
Berwarna kuning
|
Warna merah kehitaman (jingga),
terjadi penggumpalan
|
Percobaan
V: Test Bahan Makanan
Bahan
Makanan
|
Karbohidrat
|
Protein
|
||
Uji
Benedict
(Fehling
A+B)
|
Uji
Lugol
|
Uji
Biuret
|
Uji
Xanthoprotein
|
|
Tahu
|
-
|
-
|
+++
|
++
|
Tempe
|
-
|
-
|
+++
|
++
|
Pisang masak
|
++
|
+
|
-
|
-
|
Pisang mentah
|
+
|
++
|
-
|
-
|
Mie
|
+++
|
+++
|
+
|
-
|
Roti
|
+++
|
+++
|
+
|
-
|
Putih Telur
|
-
|
-
|
++
|
+++
|
Keterangan
:
+++ : sangat kuat
++ : kuat
+ : ada perubahan
-
: tidak ada perubahan
B.
PEMBAHASAN
ü Percobaan I: Percobaan dengan Reagen
Benedict/Fehling A+Fehling B
Berdasarkan
hasil pengamatan pada larutan glukosa 5%, fruktosa 5%, laktosa 5%, dan maltosa
5% dengan ditetesi reagen fehling A+B dan dipanaskan, dapat diketahui bahwa keempat
larutan tersebut mengandung gula. Hal
ini dapat dibuktikan dengan adanya perubahan warna pada larutan setelah
dipanaskan dan terjadinya endapan.
Pada
larutan glukosa yang ditetesi dengan reagen fehling A+B yang kemudian
dipanaskan, terjadi perubahan warna, yaitu warna awal sebelum dipanaskan adalah
biru bening, dan setelah ditetesi dengan reagen fehling A+B yang kemudian
dipanaskan menjadi berwarna merah bata dan ada endapan.
Begitu
juga pada larutan fruktosa 5% yang ditetesi dengan reagen fehling A+B yang
kemudian dipanaskan, terjadi perubahan warna, yaitu warna awal sebelum
dipanaskan adalah kuning, dengan endapan di bawahnya, dan setelah ditetesi
dengan reagen fehling A+B yang kemudian dipanaskan menjadi berwarna merah bata
dengan ada endapan.
Pada
larutan laktosa 5% yang ditetesi dengan reagen fehling A+B yang kemudian
dipanaskan, terjadi perubahan warna, yaitu warna awal sebelum dipanaskan adalah
biru kuat, dan setelah ditetesi dengan reagen fehling A+B yang kemudian
dipanaskan menjadi berwarna merah bata dengan ada endapan.
Sama
halnya pada larutan maltosa 5% yang ditetesi dengan reagen fehling A+B yang
kemudian dipanaskan, terjadi perubahan warna, yaitu warna awal sebelum
dipanaskan adalah bening keruh, dengan endapan di bawahnya, dan setelah
ditetesi dengan reagen fehling A+B yang kemudian dipanaskan menjadi berwarna
merah bata dengan ada endapan.
Hal
ini dapat terjadi karena glukosa, fruktosa, laktosa, dan maltosa memiliki gugus aldehid yang bebas sehingga dapat mereduksi ion-ion tembaga (Cu) yang
terdapat pada larutan fehling menjadi Cu2O yang berwarna merah bata atau oranye.
Pemanasan
dalam reaksi ini bertujuan agar gugus aldehida pada sampel terbongkar ikatannya
dan dapat bereaksi dengan ion OH- membentuk asam karboksilat. Cu2O
(endapan merah bata) yang terbentuk merupakan hasil sampingan dari reaksi
pembentukan asam karboksilat.
ü Percobaan II: Percobaan dengan Lugol
Berdasarkan
hasil pengamatan pada larutan amilum yang ditetesi dengan lugol dan kemudian dipanaskan,
terjadi perubahan warna yaitu sebelum dipanaskan berwarna biru kehitaman, dan
setelah dipanaskan berwarna kuning agak bening, dan setelah didinginkan kembali
berwarna biru kehitaman. Hal ini membuktikan bahwa larutan amilum mengandung
amilum. Semakin pekat perubahan warna (semakin menghitam) pada bahan makanan
yang ditetesi lugol, berarti
makanan tersebut banyak kandungan karbohidrat(amilum)nya.
ü Percobaan III: Percobaan Biuret
Pada percobaan larutan albumen yang
dalam hal ini diambil pada putih telur yang kemudian ditetesi dengan biuret dan
dikocok hingga mencapai warna maksimum, didapatkan hasil bahwa sebelum ditetesi
dengan biuret, warna larutan adalah biru, dan setelah ditetesi dengan biuret
yang kemudian dikocok, didapatkan hasil positif dengan warna ungu. Hal ini
menunjukkan bahwa larutan albumen (putih telur) mengandung protein. Warna ungu yang terbentuk adalah
senyawa biuret. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa albumin (putih telur) memiliki
paling sedikit dua ikatan peptida. Ion Cu2+ (yang dihasilkan dari CU2SO4)
dari pereaksi Biuret dalam suasana basa akan berekasi dengan polipeptida atau
ikatan-ikatan peptida yang menyusun protein membentuk senyawa kompleks berwarna
ungu atau violet.
ü Percobaan IV: Percobaan Xanthoprotein
Untuk
pengamatan pada larutan albumen (putih telur) yang ditambah dengan larutan HNO3,
terjadi penggumpalan berwarna putih dan ketika dipanaskan berubah menjadi
berwarna kuning. Namun setelah didinginkan dan ditetesi dengan larutan NaOH
30%, larutan berubah warna menjadi merah kehitaman (jingga) dan terdapat
pengendapan/penggumpalan. Hal ini terjadi karena senyawa nitro yang terbetuk
dalam suasana basa oleh NaOH akan terionisasi sehingga warna berugah menjadi
merah kehitaman (jingga).
ü Percobaan V: Test Bahan Makanan
Pada
praktikum uji bahan makanan, didapatkan hasil bahwa dalam satu bahan makanan
memiliki kandungan nutrisi yang berbeda-beda. Hal ini dapat dilakukan dengan
pengujian bahan makanan dengan beberapa reagen yaitu fehling A+B untuk menguji
kandungan gula, lugol untuk menguji kandungan amilum, biuret dan xanthoprotein
untuk menguji kandungan protein.
Sebelum
bahan makanan tersebut diuji, dilakukan dulu penggerusan bahan makanan,
sehingga makann tersebut tidak lagi berbentuk padat. Hal ini bertujuan untuk
mempermudah pencampuran antara bahan makanan dan reagen.
Pada
pengujian dengan fehling A+B, larutan bahan makanan akan dinyatakan positif
mengandung gula jika terjadi perubahan warna yaitu kuning kehijauan atau merah
bata dengan terbentuknya endapan. Semakin merah bata suatu larutan bahan
makanan, maka semakin banyak kandungan gula yang terdapat dalam bahan makanan
tersebut. Pada praktikum kali ini, bahan makanan yang perubahan warnanya
menjadi merah bata dan adanya endapan adalah mie dan roti. Ini menunjukkan
bahwa kedua bahan makanan ini mengandung kadar gula yang tinggi. Sedangkan pada
pisang masak, perubahan warnanya belum maksimum mencapai merah bata, ini
berarti pisang tersebut belum cukup matang, sehingga kadar gulanya belum begitu
banyak. Sedikit berbeda dengan pisang mentah, perubahan warna yang terjadi
adalah kuning kehijauan. Ini menunjukkan bahwa kadar gula yang terdapat pada
pisang mentah tersebut sangat sedikit. Namun, berbeda halnya dengan tahu,
tempe, dan putih telur. Ketiga bahan makanan ini tidak mengandung gula. Ini
dapat dibuktikan dengan perubahan warnanya yaitu ungu sampai ungu kehitaman.
Pada
pengujian dengan lugol, larutan bahan makanan akan dinyatakan positif
mengandung amilum jika terjadi perubahan warna menjadi biru kehitaman. Pada
pengamatan kali ini, dapat diketahui bahwa mie, telur, pisang masak, dan pisang
mentah mengandung amilum. Namun, kadar amilum yang terkandung dalam bahan
makanan tersebut berbeda-beda. Hal ini dapat dibuktikan dengan perubahan warna
yang terjadi. Semakin pekat perubahan warna (semakin menghitam) pada bahan
makanan yang ditetesi lugol, berarti makanan tersebut banyak kandungan karbohidrat(amilum)nya. Pada
tahu, tempe, dan putih telur, juga tidak mengandung amilum. Hal ini dibuktikan
dengan perubahan warnanya yaitu putih kekuningan.
Pada pengujian dengan biuret, larutan
bahan makanan akan dinyatakan positif mengandung protein dengan adanya
molekul-molekul peptida jika terjadi perubahan berwarna ungu/violet. Pada tahu
dan tempe mengandung kadar protein yang sangat banyak. Hal ini dapat dibuktikan
pada perubahan warnanya menjadi ungu pekat. Pada mie, roti, dan putih telur
juga mengandung protein. Namun, kadar protein
yang dimiliki tidak setinggi kadar protein pada tahu dan tempe. Hal ini
dapat dilihat pada perubahan warna pada larutan bahan makanan mie, roti, dan
putih telur tidak berwarna ungu pekat.
Untuk pengujian dengan xanthoprotein,
larutan bahan makanan akan dinyatakan positif mengandung protein jika terjadi
peubahan warna menjadi jingga dan terdapat cincin benzena yang berwarna merah
muda. Ini dapat dilihat pada putih telur. Pada putih telur yang di tetesi
dengan larutan HNO3 pekat akan terbentuk endapan berwarna putih,
namun setelah dipanaskan akan berubah menjadi berwarna kuning, dan setelah
didinginkan yang kemudian ditetesi dengan larutan NaOH 30% berubah warna
menjadi merah kehitaman/jingga. Hal ini terjadi karena senyawa nitro yang
terbentuk dalam suasana basa terionisasi sehingga warna berubah menjadi jingga.
Pada tahu dan tempe juga mengandung protein, namun tidak terdapat cincin
benzena. Sedangkan pada pisang masak, pisang mentah, mie, dan roti tidak
terjadi perubahan warna menjadi jingga dan juga tidak terbentuk cincin benzena.
Hal ini membuktikan bahwa mie, roti, pisang masak, dan pisang mentah tidak
mengandung asam amino.
KESIMPULAN
Berdasarkan
pengamatan yang dilakukan untuk menguji kandungan beberapa bahan makanan dengan
beberapa reagen, dapat disimpulkan bahwa:
ü Kandungan
bahan makanan dapat diketahui dengan uji bahan makanan dengan menggunakan
berbagai reagen.
ü Untuk
pengujian kandungan nutrisi bahan makanan, sebaiknya bahan makanan tersebut
digerus dahulu dan dijadikan larutan.
ü Untuk
melakukan pengujian amilum, dapat menggunakan larutan lugol. Apabila larutan
bahan makanan yang ditetesi lugol berubah warna menjadi biru kehitaman, berarti
bahan makanan tersebut mengandung amilum.
ü Untuk
pengujian kandungan gula pada bahan makanan dapat pula dilakukan dengan
menetesi bahan makanan yang sudah digerus dengan reagen fehling A+B. Apabila
larutan bahan makanan tersebut berubah warna menjadi hijau kekuningan dan
terdapat endapan merah mata, maka larutan bahan makanan tersebut mengandung
gula.
ü Sedangkan
untuk pengujian bahan makanan yang mengandung protein, dapat dilakukan dengan
uji biuret. Apabbila larutan bahan makanan berubah warna menjadi ungu, maka
bahan makanan tersebut positif mengandung protein.
ü Selain
itu, pengujian bahan makanan yang mengandung protein dapat pula dilakukan uji
xanthoprotein. Apabila larutan bahan makanan berubah warna menjadi kuning atau
jingga dan adanya gumpalan, maka makanan tersebut mengandung protein.
ü Contoh
bahan makanan yang mengandung gula adalah pisang masak, pisang mentah, mie, dan
roti.
ü Contoh
bahan makanan yang mengandung amilum adalah pisang masak, pisang mentah, mie,
dan roti.
ü Sedangkan
contoh bahan makanan yang mengandung protein adalah tahu, tempe, mie, roti, dan
putih telur.
DAFTAR PUSTAKA
Poedjiadi, Anna., Suppriyanti, F.M.T., 1994. Dasar-Dasar Biokimia. UI-Press. Jakarta
Yazid,
E., Nursanti, L., 2006. Penuntun
Praktikum Biokimia untuk Mahasiswa Analisis. Penerbit ANDI. Yogyakarta
Yustina,.
Ahmad, D., 2007. Penuntun Praktikum Fisiologi
Hewan. Laboratorium Biologi FKIP. Universitas Riau
Tidak ada komentar:
Posting Komentar