BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Semua
tumbuhan membutuhkan air untuk pertumbuhan dan perkecambahan. Begitu juga
dengan biji suatu tanaman. Dalam perkecambahan, biji membutuhkan air untuk
melunakkan kulit biji dan menyebabkan pengembangan embrio dan endosperm.
Selanjutnya embrio dan endosperm akan membengkak sehingga mendesak kulit biji
yang sudah lunak sampai pecah.
Pada
praktikum kali ini, kami ingin melihat pengaruh lama perendaman terhadap penyerapan air oleh biji kacang
hijau, yang mana dilakukan dengan perlakuan yang berbeda-beda yaitu waktu lama
perendaman yang berbeda selang 4 jam. Dengan waktu perendaman yang berbeda,
maka akan dapat dilihat pertambahan berat biji kacang hijau yang berbeda pula,
yaitu semakin lama waktu perendaman, maka semakin besar pertambahan berat biji
kacang hijau.
1.2
TUJUAN
PRAKTIKUM
Untuk
mengetahui pengaruh lama perendaman terhadap penyerapan air oleh biji kacang
hijau.
BAB
II
KAJIAN TEORI
2.1
KAJIAN
TEORI
Banyaknya
air yang memadai merupakan syarat utama terjadinya perkecambahan, air dapat
menghilangkan masa dormansi dari biji. Perkecambahan merupakan permulaan
kembali pertumbuhan embrio di dalam biji. Yang diperlukan adalah suhu yang
cocok , dan persediaan oksigen yang cukup. Terbuka terhadap cahaya untuk waktu
yang sesuai juga merupakan persyaratan untuk perkecambahan untuk beberapa
kasus. (Kimball. 1983)
Perkecambahan
dapat diartikan sebagai proses pengaktifan kembali aktifitas pertumbuhan sumbu
embrio (embryonic axis) di dalam biji yang berhenti untuk kemudian
membentuk bibit (seedling). Pada embrio yang sangat muda sel-selnya
hampir sama bentuk dan ukuran belum terdiferensisasi. Sel-sel ini membelah
berulang-ulang kemudian mengalami pertumbuhan, perkembangan dan diferensiasi
beberapa waktu, akhirnya akan kelihatan organ-organ permulaan yang belum
sempurna seperti akar, batang dan daun. (Firdaus,
dkk. 2006)
Untuk
perkecambahan, biji harus mempunyai ketersediaan cukup air. Pada suhu tinggi,
jumlah air akan berkurang karena air menguap pada suhu tinggi. (Dwijoseputro,
1991)
Perkecambahan
biji tidak hanya dipengaruhi oleh suhu, tapi juga(bergantung pada spesies)
dipengaruhi oleh cahaya, pemecahan kulit biji agar radikula dapat menerobos
keluar dan oksigen dan/atau air dapat masuk, penghilangan zat penghambat
kimiawi, dan pematangan embrio. (Salisbury.
1995)
Pada
kondisi pertumbuhan yang cocok, satu biji yang hidup akan berkecambah dan
menghasilkan satu tumbuhan muda atau kecambah. Gejala luar pertama dari
perkecambahan adalah pecahnya testa didaerah mikrofil dan dari situ muncul
radikula yang kemudian menancap ke tanah dan menjadi akar. (Loveless, 1987)
Air
yang memegang peranan yang penting dalam proses perkecambahan biji dan
kehidupan tumbuhan. Fungsi air pada perkecambahan biji adalah untuk melunakkan
kulit biji. Air yang masuk secara imbibisi akan melunakkan biji dan menyebabkan
pengembangan embrio dan endosperm. Air akan memberikan kemudahan masuknya
oksigen kedalam biji. Dinding sel yang kering hampir tidak permeabel untuk gas.
(Firdaus, dkk. 2006)
Penyerapan
air melalui imbibisi dan osmosis merupakan proses yang pertama terjadi pada
perkecambahan diikuti dengan pelunakan biji. Selanjutnya embrio dan endosperm
akan membengkak sehingga mendesak kulit biji yang sudah lunak sampai pecah.
Makanan cadangan yang disimpan dalam biji adalah berupa selulosa, pati, lemak
dan protein. Sumber energi ini pada monokotil terdapat dalam endosperm dan pada
dikotil terdapat kotiledon. Makanan ini berupa senyawa komplek bermolekul
besar, tidak dapat diangkut kedaerah sumbu embrio sehingga tidak dapat
dimanfaatkan langsung oleh titik tumbuh untuk pembentukan protoplasma baru.
Oleh sebab itu zat ini harus dipecah dahulu menjadi senyawa sederhana, larut
dalam air sehingga dapat diangkut. Proses perombakan senyawa ini dapat terjadi
dengan bantuan enzim-enzim pencernaan
yang terdapat dalam biji yang mnguraikan pati dan hemiselulosa menjadi gula;
lemak menjadi asam lemak dan gliserol serta protein menjadi asam amino. Hasil
rombakan ini larut dalam air sehingga mudah untuk di angkut. (Salisbury.
1995)
Imbibisi air oleh biji menyebabkan
berlangsungnya reaksi kimia sehingga perkecambahan terjadi dengan adanya
penembusan radial kulit biji dan pelepasan posfat dan kation dari vitin juga
berlangsung segera setelah perkecambahan dan sebagian ion diangkut oleh
tumbuhan lewat floem. (Santoso, 1990)
Air yang
diserap oleh biji digunakan untuk proses respirasi, energi yang terbentuk akan
digunakan untuk perkecambahan. Respirasi adalah reaksi oksidasi senyawa organik
untuk menghasilkan energi yang digunakan untuk aktivitas sel dan kehidupan tumbuhan dalam bentuk ATP atau
senyawa berenergi tinggi lainnya. Selain itu respirasi juga menghasilkan
senyawa antara yang berguna sebagai bahan sintesis berbagai senyawa lain (Salisbury.
1995).
Dalam proses perkecambahan fithohormon
sangat diperlukan yaitu:
1. Giberelin
untuk enzim hidrolitik
2. Sitokinin
merangsang pembelahan sel, menghasilkan munculnya akar lembaga dan pucuk
lembaga. Perluasan awal pada koleoriza (munculnya ujung akar) terutama karena
pembesaran sel.
3.
Auksin meningkatkan petumbuhan karena
pembesaran koleoriza akar lembaga dan pucuk lembaga dan aktivasi geotropi yaitu
orientasi yang benar pada pertumbuhan akar dan pucuk, terlepas dar orientasi. (Firdaus dkk, 2006)
Faktor yang mempengaruhi kecepatan penyerapan air oleh biji
adalah:
·
Konsentrasi air
Konsentrasi
yang dimaksud disini adalah konsentrasi air diluar biji dibandingkan dengan
konsentrasi air didalam biji.
·
Permeabilitas kulit biji atau membrane
biji.
Ada
biji dimana kulitnya keras dan ada pula kulit biji yang lunak dan permiabel.
·
Suhu
Apabila
suhu air ditingkatkan, hal ini akan meningkatkan difusi air ke dalam biji
sampai batas waktu tertentu.
·
Luas permukaan biji yang kontak dengan
air.
Kecepatan
penyerapan air oleh biji berbanding lurus dengan luas permukaan.
·
Tekanan hidrostatik
Meningkatnya
volume air yang masuk akan menimbulkan tekanan hidrostatik. Meningkatnya
tekanan hidrostatik dalam biji akan memperlambat penyerapan air.
·
Spesies.
Masing
– masing spesies mempunyai kecepatan penyerapan tertentu.
·
Komposisi kimia.
Biji
yang mempunyai kadar protein yang tinggi menyerap lebih cepat sampai tingkat
tertentu dibandingkan dengan biji yang kadar karbohidratnya tinggi atau kadar
minyaknya tinggi.
·
Umur biji
Biji tua menyerap lebih cepat dan
membutuhkan air lebih banyak (Firdaus
dkk, 2006).
2.2
HIPOTESIS
Adanya pengaruh lama perendaman terhadap penyerapan air oleh biji
kacang hijau.
BAB III
METODE
3.1
ALAT
DAN BAHAN
v Alat
·
Kantong plastik
·
Timbangan ohause
·
Tissue
·
Cawan petri
v Bahan
·
Biji kacang hijau
·
Aquades
3.2
CARA
KERJA
1. Ditimbang biji kacang hijau yang ukurannya
hampir sama besar seberat 5 gram sebanyak 8 bagian.
2.
Masing
– masing bagian direndam dalam kantong plastik yang berisi air selama 2, 6, 10,
14, 18, 22, 26, dan 30 jam.
3.
Setelah
selesai masa perlakuan biji kacang hijau dikeringkan dengan cara meniriskan air
yang diletakan diatas kertas hisap, kemudian ditimbang biji tersebut dan data
hasil pengamatan dicatat dalam lembar pengamatan percobaan.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1
HASIL
PENGAMATAN
Pengaruh
Lama Perendaman terhadap Penyerapan Air oleh Biji Kacang Hijau
Lama Perendaman (jam)
|
Berat Biji
|
Keadaan Biji
|
||
Mula-Mula (gr)
|
Setelah Direndam (gr)
|
Pertambahan
(gr)
|
||
2
|
5
|
5,4
|
0,4
|
- Kulit
biji belum mengelupas/masih keras
- Warna
masih hijau pekat
- Radikula
belum keluar
|
6
|
5
|
7,9
|
2,9
|
- Kulit
biji ada yang mulai mengelupas
- Biji
kacang hijau bertambah besar
- Radikula
mulai keluar
|
10
|
5
|
9,4
|
4,4
|
- Kulit
biji merekah
- Biji
kacang hijau lebih besar dari perendaman sebelumnya
- Sebagian
radikula sudah keluar
- Warna
lebih terang dari sebelumnya
|
14
|
5
|
9,5
|
4,5
|
- Kulit
biji semakin merekah
- Biji
kacang hijau semakin besar dari perendaman 10 jam
- Radikula
sudah keluar
- Warna
lebih terang dari perendaman 10 jam
|
18
|
5
|
12,8
|
7,8
|
- Sebagian
kulit biji sudah mengelupas
- Biji
kacang hijau semakin membesar
- Radikula
sudah mencuat keluar
- Warna
kulit biji yang belum mengelupas lebih terang dari sebelumnya
|
22
|
5
|
10,1
|
5,1
|
- Sebagian
kulit biji sudah mengelupas
- Biji
kacang hijau semakin membesar
- Radikula
sudah mencuat keluar dari sebelumnya
- Warna
kulit biji semakin pudar
|
26
|
5
|
11,4
|
6,4
|
- Hampir
sebagian besar kulit biji telah mengelupas
- Biji
kacang hijau semakin membesar
- Radikula
sudah keluar semua
- Warna
kulit biji yang masih tersisa semakin memudar
|
30
|
5
|
10,6
|
5,6
|
- Sebagian
besar kulit biji sudah mengelupas
- Biji
kacang hijau semakin membesar
- Radikula
sudah keluar semua
- Warna
kulit biji yang masih tersisa semakin memudar
|
4.2
PEMBAHASAN
Berdasarkan
hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa adanya pengaruh lama perendaman
terhadap penyerapan air oleh biji kacang hijau. Hal ini dapat dibuktikan dengan
pertambahan berat biji dan perubahan morfologis biji yang berbeda untuk setiap
perlakuan.
Terjadinya
pertambahan berat biji dan perubahan morfologis biji kacang hijau ini,
disebabkan karena adanya peristiwa imbibisi, yaitu merupakan peristiwa fisika
dimana air masuk ke dalam biji.
Menurut Dwidjoseputro (1991),
sel-sel biji kacang yang kering mempunyai nilai osmosis yang rendah, sehingga
mempunyai nilai potensial osmotik yang rendah dan mempunyai nilai defisit
tekanan osmotik yang tinggi, sehingga apabila biji yang kering direndam dalam
air dalam waktu yang lama akan terjadi peristiwa imbibisi yang sebenarnya juga
merupakan suatu proses difusi air atau osmosis. Hanya saja pada imbibisi, zat
yang menyerap air merupakan koloid atau zat padat seperti biji tumbuhan yang
keras.
Semakin lama waktu perendaman, maka
akan semakin besar penambahan berat biji. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya
air yang diserap sehingga biji mengembang dan mengeluarkan radikula.
Menurut Heddy (1990), mengembangnya material tersebut karena matreriasl
tersebut mengabsorbsi air, yang berarti bahwa molekul-molekul yang diabsorbsi
akan diikat pada permukaan zat yang mengabsorbsi. Oleh karena peristiwa
imbibisi ini dianggap didasari oleh proses difusi karena di dalam peristiwa
imbibisi tidak terdapat membran yang membatasi antara molekul yang di imbibisi
dengan molekul yang mengimbibisi. Di dalam peristiwa imbibisi, volume zat yang
melakukan imbibisi selalu naik selama proses imbibisi berlangsung. Penambahan
volume dalam peristiwa imbibisi adalah lebih kecil dari pada penjumlahan volume
zat mula-mula, dnegan zata yang di imbibisi apabila dalam keadaan bebas.
Namun, pada praktikum kali ini,
terjadi sedikit perbedaan yang mana pada perendaman jam, terjadi penurunan berat
biji dibanding dengan yang direndam selama jam. Hal ini dapat terjadi
diperkirakan karena berbedanya kondisi biji sebelum direndam seperti
permeabilitas kulit biji, luas permukaan biji yang kontak dengan air, dan
konsentrasi air untuk merendam biji tersebut.
Menurut
Firdaus, dkk (2006), Faktor yang
mempengaruhi kecepatan penyerapan air oleh biji adalah: Konsentrasi air (konsentrasi
air diluar biji dibandingkan dengan konsentrasi air didalam biji), Permeabilitas
kulit biji atau membrane biji (Ada biji dimana kulitnya keras dan ada pula kulit
biji yang lunak dan permiabel), Suhu(Apabila suhu air ditingkatkan, hal ini
akan meningkatkan difusi air ke dalam biji sampai batas waktu tertentu), Luas
permukaan biji yang kontak dengan air (Kecepatan penyerapan air oleh biji
berbanding lurus dengan luas permukaan), Tekanan hidrostatik (Meningkatnya
volume air yang masuk akan menimbulkan tekanan hidrostatik. Meningkatnya
tekanan hidrostatik dalam biji akan memperlambat penyerapan air), Spesies (Masing–masing
spesies mempunyai kecepatan penyerapan tertentu), Komposisi kimia (Biji yang
mempunyai kadar protein yang tinggi menyerap lebih cepat sampai tingkat
tertentu dibandingkan dengan biji yang kadar karbohidratnya tinggi atau kadar
minyaknya tinggi), dan Umur biji (Biji tua menyerap lebih cepat dan membutuhkan
air lebih banyak).
BAB V
KESIMPULAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan
percobaan yang dilakukan, didapatkan kesimpulan bahwa:
ü Adanya
pengaruh lama perendaman terhadap penyerapan air oleh biji kacang hijau.
ü Syarat
untuk mengaktifkan embrio adalah: air yang cukup, suhu, oksigen, dan cahaya.
ü Fungsi
air pada perkecambahan biji adalah untuk melunakkan kulit biji.
ü Penyerapan
air oleh biji sepenuhnya merupakan peristiwa fisika yang dikenal sebagai
imbibisi.
ü Air
masuk ke dalam biji melalui proses imbibisi dan osmosis.
ü Imbibisi
air oleh biji menyebabkan berlangsungnya reaksi kimia sehingga perkecambahan
dapat terjadi.
ü Perkecambahan dapat diartikan sebagai
suatu perubahan morfologis seperti penonjolan akar lembaga (radikula).
ü Faktor yang mempengaruhi kecepatan
penyerapan air oleh biji adalah: Konsentrasi air, Permeabilitas kulit biji atau
membran biji, Suhu, Luas permukaan biji yang kontak dengan air, Tekanan
hidrostatik, Spesies, Umur biji, dan Komposisi kimia.
ü Penyerapan air akan tetap berlangsung
baik pada biji dalam keadaan dorman atau tak dorman.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro,
1991. Pengantar fisiologi Tumbuhan. Gramedia.
Jakarta
Firdaus
L.N., Sri Wulandari, Yusnida Bey. 2006. Fisiologi Tumbuhan. Pusat
Pengembangan Pendidikan Universitas Riau. Pekanbaru.
Heddy, Suwasono. 1990. Biologi Pertanian. Rajawali Press.
Jakarta
Kimball,
John. 1983. Biologi jilid II edisi ke lima. Erlangga. Jakarta
Loveless. RA. 1987. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk
Daerah Tropika. PT. Gramedia Utama. Jakarta.
Salisbury,
FB., Ross, CW., 1995 . Fisiologi Tumbuhan
Jilid 1. Penerbit ITB. Bandung
Santoso.
1990. Fisiologi Tumbuhan. UGM Press: Yogyakarta
terima kasih
BalasHapus