BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Satu
hal yang mempengaruhi penyerapan akar adalah penghalang mekanik, suhu, tanah,
persediaan air dan persediaan unsur hara, partikel koloid yang penting bagi
kesuburan, karena kemampuan bahan ini dalam mengabsorpsi kation, permukaan
mineral liat akan bermuatan negatif, sisa ion negatif mineral ini akan
tersedianya untuk menyerap kation yang terlarut dalam air tanah.
Pada
percobaan ini, dilakukan pengamatan pada tanaman kacang hijau yang dipotong
akarnya dan direndam masing-masing dengan larutan NaNO3, Ca(NO3)2,
K2SO4, (NH4)2SO4. Hal
ini bertujuan untuk melihat selektivitas penyerapan kation dan anion terhadap
pertumbuhan tanaman kacang hijau.
1.2
TUJUAN
PRAKTIKUM
Mengetahui
selektivitas penyerapan kation dan anion pada tanaman kacang hijau.
BAB
II
KAJIAN TEORI
2.1
KAJIAN
TEORI
Tumbuhan hidup memerlukan unsur yang dalam
penyerapannya dalam bentuk bahan bahan
organik atau mineral (Salisbury, 1995). Bentuk
unsur hara dalam tanah umumnya dalam bentuk kompleks yang sukar larut dalam
bentuk sederhana, larut dalam air dan mudah diserap oleh tanaman. Hara mineral
diserap dari dalam tanah bersama air dan ada juga yang diberikan lewat daun.
Menurut
Seputro (1998), faktor-faktor yang mempengaruhi suplai
ketersediaan unsur hara yaitu suplai dari fase padat, pH dan suplai air. Unsur
yang diserap oleh tanaman berada dalam bentuk ion-ion ada anion dan kation.
Kation dipegang oleh kekuatan elektrostatik sehingga mudah digerakkan ke fase
cair (Pudjuarianto, 1993).
Jika
tanaman kekurangan unsur essensial menunjukkan gejala kekahatan yang khas, yaitu
terhambatnya pertumbuhan akar, batang dan daun serta klorosis dan nekrosis pada
berbagai organ. Gejala ini membantu untuk mengetahui fungsi suatu unsur pada
tumbuhan dan mengetahui kapan suatu tanaman akan diberi pemupukan. (Salisbury,1995)
Satu
hal yang mempengaruhi penyerapan akar adalah penghalang mekanik, suhu, tanah,
persediaan air dan persediaan unsur hara, partikel koloid yang penting bagi
kesuburan, karena kemampuan bahan ini dalam mengabsorpsi kation, permukaan
mineral liat akan bermuatan negatif, sisa ion negatif mineral ini akan
tersedianya untuk menyerap kation yang terlarut dalam air tanah. (Sasmitamihardja
, 1996)
Mineral yang bermuatan
negatif umumnya tidak terikat secaara ketat ke partikel tanah sehingga cendrung
tercuci lebih cepat. Mineral bermuatan positif dibuat tersedia bagi tumbuhan
pada saat hidrogen dalam tanah menggantikan ion mineral dan partikel tanah liat(Campbell,
2003).
Sebenarnya
kation – kation dari suatu elemen dapat bertukar dengan kation elemen lain.
Elemen – elemen yang mengelilingi missed – missed yanah liat tidak satu jenis,
tetapi beraneka ragam dan penggantian kation dapat terjadi dari kation- kation
yang banyak terdapat didalam tanah maka ion H+ lah yang paling sulit
digantikan. Sedangkan ion Na+ merupakan ion yang paling mudah untuk
digeser kedudukannya. (Salisbury, 1995).
Anion
yang banyak terdapat ditanah adalah Na3-SO42-,
HCO3, dan H2SO4. Kebanyakan ion lekas hilang
karena sebab – sebab yang belum diketahui. Mungkin sekali ada beberapa anion
yang mudah diikat oleh partikel – partikel dibawah tanah seperti halnya H2PO4,
arsenat, fluorida, malidat, dan hidroksil. Hilangnya anion – anion yang lain
disebabkan oleh kegiatan mikroorganisme yang banyak didapati didalam tanah. Adapun
tujuan pemberian pupuk buatan pada suatu tanah terutama untuk mempengaruhi
penggantian ion. (Sasmitamihardja, 1996).
Penyediaan unsur hara bagi tanaman juga dapat
dilakukan melalui daun dengan cara penyemprotan lebih cepat dibandingkan dengan
pemberian melalui tanah. Akan tetapi sejumlah permasalahan yang sering dijumpai
:
Ø Laju penetrasi yang rendah, terutama daun yang
memiliki kutikula yang tebal
Ø Erosi dari permukaan hidrofobik
Ø Tercuci melalui hujan
Ø Larutan yang disemprot cepat mengering
Ø Laju retranslokasi yang terbatas bagi hara tertentu
seperti Kalsium dari tapak penyerapan (terutama daun yang dewasa) ke
bagian-bagian tanaman yang lain
Ø Terbatasnya jumlah unsur makro yang dapat disuplai
oleh satu helai daun yang terkena semprotan
Ø Kerusakan daun (nekrosis dan pembakaran) (Firdaus,
dkk. 2006)
2.2
HIPOTESIS
Terjadinya
selektivitas penyerapan kation dan anion pada tanaman kacang hijau.
BAB
III
METODE
3.1
ALAT
DAN BAHAN
v Alat
· Tabung
reaksi 4 buah
· Kapas
· Rak
tabung reaksi
· Indikator
pH
· Kertas
label
v Bahan
· Tanaman
kacang hijau yang masih muda
· Larutan
0,2 % NaNO3, Ca(NO3)2, K2SO4,
(NH4)2SO4
3.2
CARA
KERJA
1. Larutan
yang telah disiapkan dimasukkan ke dalam tabung reaksi masing-masing 15 ml
2. Diatur
pH larutan sekitar 7
3. Akar
tanaman dipotong di dalam air dan diusahakan agar batang dalam keadaan bersih. Selanjutnya
tanaman ini ditanam dalam tabung reaksi yang berisi larutan, diusahakan dalam
keadaan tegak dengan bantuan kapas
4. Pengamatan
dilakukan setiap hari untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi
5. Pada
pengamatan terakhir dilakukanb pengecekan pH larutan masing-masing tabung
reaksi
BAB
IV
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1
HASIL
PENGAMATAN
Penyerapan
Kation dan Anion pada Tanaman Kacang Hijau
Hari
ke :
|
Keadaan
Tanaman pada Larutan
|
|||
NaNO3
|
Ca(NO3)2
|
K2SO4
|
(NH4)SO4
|
|
1
|
Layu
|
Layu
|
Layu
|
Layu
|
2
|
· Daun
kering
· Layu
· Terdapat
butiran putih seperti kristal
|
Layu
|
· Layu
· Daun
kering
|
Layu
|
3
|
Tanaman mati
|
Tanaman mati
|
Tanaman mati
|
Tanaman mati
|
4
|
Tanaman mati
|
Tanaman mati
|
Tanaman mati
|
Tanaman mati
|
5
|
Tanaman mati
|
Tanaman mati
|
Tanaman mati
|
Tanaman mati
|
6
|
Tanaman mati
|
Tanaman mati
|
Tanaman mati
|
Tanaman mati
|
7
|
Tanaman mati
|
Tanaman mati
|
Tanaman mati
|
Tanaman mati
|
pH
awal
|
7
|
7
|
7
|
7
|
pH
akhir
|
5,6
|
4,7
|
6,8
|
5,6
|
4.2
PEMBAHASAN
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan
pada kacang hijau yang direndam dalam larutan
NaNO3, Ca(NO3)2, K2SO4,
(NH4)2SO4 selama 7 hari dengan akarnya
dipotong, dapat dilihat bahwa semakin lama tanaman kacang hijau semakin layu
dan tepatnya pada hari ketiga tanaman kacang hijau tersebut mati semua.
Hal ini terjadi karena pH tanaman
tersebut berubah dari pH netral menjadi asam. Tanaman yang direndam pada
larutan yang asam akan cenderung layu dan akhirnya mati. Hal ini dapat
didasarkan pada dasar teori yang ada bahwa bila
pH larutan lebih rendah dari 7.0, maka secara fisik akan merusak sistem
perakaran, terutama sel-sel akar-akar muda yang baru akan tumbuh sehingga
pertumbuhan tanaman menjadi terhambat. Tanaman yang tumbuh pada pH asam
lebih banyak menyerap kation daripada anion. Pada hari pertama dan kedua,
tanaman tersebut menyerap ion kation, sedangkan pada hari selanjutnya tanaman
tersebut tidak lagi menyerap ion tersebut karena ion-ion yang diserap tanaman
sudah berkurang sehingga tanaman tersebut kekurangan sumber makanan dan
akhirnya mati.
BAB
V
KESIMPULAN
5.1
Kesimpulan
Ø Tanaman
yang tumbuh pada asam lebih banyak menyerap kation daripada anion dan tanaman
yang tumbuh pada daerah basa lebih cenderung untuk menyerap anion.
Ø
Anion
dan kation yang paling mudah diserap oleh akar adalah mereka yang secara bebas
terlarut dalam larutan tanah.
Ø
Bila pH larutan lebih rendah dari 7.0,
maka secara fisik akan merusak sistem perakaran, terutama sel-sel akar-akar
muda yang baru akan tumbuh sehingga pertumbuhan tanaman menjadi terhambat
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell, NA., Reece, JB., Mitchell,
LG., 2003. Biologi jilid 1 edisi ke lima.
Erlanga. Jakarta
Firdaus L.N., Sri Wulandari, Yusnida
Bey. 2006. Fisiologi Tumbuhan. Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas
Riau. Pekanbaru.
Pudjuarianto,A.,
1993. Struktur Perkembang Tumbuhan.
Depdikbud. Jakarta
Salisbury, FB., Ross, CW., 1995 . Fisiologi Tumbuhan Jilid 1. Penerbit
ITB. Bandung
Sasmitamiharja,
D.,1996. Fisiologi Tumbuhan. Jurusan
PMIPA ITB. Bandung
Seputro, K., 1998. Pengantar Anatomi Tubuhan. Bina Aksara. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar